Kapolri Baru Harus Jadi Penjaga Gawang Ideologi Pancasila

Laporan: Tisa
Minggu, 24 Januari 2021 | 16:27 WIB
Kapolri Terpilih Komjen Listyo Sigit Prabowo saat uji kelayakan dan kepatutan di Komisi III DPR RI (Foto: Humas Polri)
Kapolri Terpilih Komjen Listyo Sigit Prabowo saat uji kelayakan dan kepatutan di Komisi III DPR RI (Foto: Humas Polri)

sinpo, JAKARTA - Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo hadir sebagai pembicara dalam diskusi Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN) “Kapolri Baru: Peluang dan Tantangan Mewujudkan Transformasi Menuju Polri yang Presisi”, Sabtu (23/01/2021).

Dalam kesempatan ini, pria yang akrab disapa Romo Benny menjelaskan harapannya kepada Kapolri Terpilih Komjen Listyo Sigit Prabowo agar memiliki pandangan yang visioner.

Ia menjelaskan bahwa petinggi Polri yang kini menjabat Kabareskrim ini, dapat menjadi penjaga gawang Ideologi Pancasila dan menegakan konstitusi.

"Harus mampu menjadi penjaga gawang Ideologi Pancasila. Menegakan konstutusi kedepannya  tantangannya bahaya radikalisme dan kejahatan teknologi yang bahkan  menjadi kejahatan internasional," tegasnya.

Benny menuturkan, yang dibutuhkan Polri saat ini adalah konsolidasi internal dan membangun komunikasi publik. 

"Kemampuan membangun tanggung jawab bersama. Butuh luwes dan ketegasan," imbuh pendiri Setara Institute ini. 

Selain itu, ia menegaskan meningkatkan transparansi dan meningkatkan sistem IT,  sehingga keterbukaan dalam hal apapun bisa ditingkatkan.

Sementara, praktisi hukum Petrus Selestinus menilai Listyo bakal menghadapi tantangan berat ke depan. Salah satunya, memberantas kelompok radikalisme.

Petrus Selestinus mengatakan, Kapolri baru perlu memperkuat jajaran dibawahnya demi konsistensi memberantas kelompok radikal karena adanya oknum aparat yang terpapar.

"Pembersihan di internal Kapolri harus menjadi garda terdepan menertibkan aparat yang terpapar agar kembali ke Pancasila," kata Petrus.

Menurutnya, Listyo perlu menolak adanya rencana memperkuat Pam Swakarsa. Dirinya menilai, jika organisasi itu dibangkitkan, makan bisa saja menimbulkan trauma masa lalu.

"Mereka bisa lebih merasa besar daripada Polri," jelas pengamat bidang hukum nasional ini. sinpo

Komentar: