Bunuh ABG Palestina, Israel Kembalikan Jenazah Yang Salah Ke Keluarga Korban

Laporan: Samsudin
Minggu, 21 November 2021 | 11:33 WIB
Ilustrasi. Jenazah petugas keamanan Palestina Tayseer Issa, yang dibunuh Israel dimakamkan/Reuters
Ilustrasi. Jenazah petugas keamanan Palestina Tayseer Issa, yang dibunuh Israel dimakamkan/Reuters

SinPo.id - Zionis Israel benar-benar kelewatan. Tidak hanya mencaplok wilayah dan membunuh para pemuda Palestina. Mereka juga seakan-akan mempermainkan keluarga Palestina dengan menahan jenazahnya.

Lebih miris lagi, mereka mengembalikan jenazah yang salah kepada keluarga korban. Hal ini menimpa sebuah keluarga seorang anak berusia 14 tahun yang tewas ditembak tentara Israel di Tepi Barat, bulan Oktober lalu.

Sebelumnya, Israel telah merencanakan untuk mengembalikan jenazah dua orang Palestina bernama Isra Khazimia dan Amjad Abu Sultan dengan “alasan kemanusiaan”.

Pada saat dugaan serangan, Khazimia dikatakan memiliki masalah kesehatan mental sementara Abu Sultan masih di bawah umur.

Tetapi ketika mereka menyerahkan jenazah Abu Sultan, keluarganya memberi tahu para prajurit bahwa itu adalah jenazah yang salah, bukan putra mereka.

“Kesalahan yang disayangkan ini sedang ditinjau oleh otoritas terkait,” kata tentara Israel dalam sebuah pernyataan.

Ia meminta maaf atas kesalahan tersebut dan mengatakan jenazah yang benar akan dikembalikan kepada keluarga pada hari Sabtu.

Abu Sultan, 14, tewas pada 14 Oktober di kota Beit Jala, Tepi Barat yang diduduki, dekat Betlehem. Seorang saksi mata mengatakan tentara Israel menembak Abu Sultan, yang sedang menyalakan bom molotov, tanpa peringatan atau peringatan.

 

“Pasukan Israel dengan keji membunuh anak-anak Palestina. Menggunakan kekuatan berlebihan dan kekuatan mematikan yang disengaja yang tidak dapat dibenarkan,” kata Ayed Abu Eqtaish, direktur program akuntabilitas di Defense for Children International-Palestine, setelah kematian Abu Sultan.

Sementara korban Khazimia, ibu empat anak, tewas dibunuh pada bulan September, ketika dia diduga mencoba menikam seorang petugas di Kota Tua Yerusalem. Jenazahnya dikembalikan di pos pemeriksaan Salem dekat kota Jenin di Tepi Barat utara.

Sumber-sumber lokal mengatakan tentara Israel melarang warga Palestina berkumpul di dekat pos pemeriksaan dan hanya mengizinkan ayah Khazimia hadir untuk menerima jenazahnya, di samping kendaraan ambulans yang dioperasikan hanya oleh pengemudi.

Israel mengatakan kebijakan menahan jenazah warga Palestina diperlukan untuk mencegah serangan di masa depan serta membuka negosiasi agar kelompok Palestina Hamas di Jalur Gaza membebaskan dua tentara Israel yang ditahan.

Menurut Pusat Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Yerusalem (JLAC), Israel masih menahan sekitar 80 warga Palestina. Sementara itu, sebanyal 254 jenazah dikuburkan secara rahasia dengan nisan mereka diberikan nomor tertentu.

JLAC atau Legal Centre for Arab Minority Rights mengatakan Israel adalah satu-satunya negara di dunia yang mempraktikkan necroviolence, sebuah kebijakan penyitaan mayat. Kebijakan ini didasarkan pada Mandat Inggris sejak 1945.

Hukum internasional menganggap praktik tersebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Menurut Konvensi Jenewa, pihak-pihak dalam konflik bersenjata harus menguburkan orang yang meninggal dengan cara yang terhormat, sesuai ritus ritus agama yang mereka anut. Mereka juga harus dikuburkan secara layak dan diberi tanda agar kelak mereka dikenali.sinpo

Komentar: