Disentil Jokowi Soal Tingginya Impor Minyak, Ini Target Proyek EBT Pertamina

Laporan: Azhar Ferdian
Selasa, 23 November 2021 | 21:45 WIB
Energi Gas Pertamina/Dok Pertamina
Energi Gas Pertamina/Dok Pertamina

SinPo.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyinggung badan usaha milik negara (BUMN) yang berada di sektor energi seperti PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) untuk segera beradaptasi dalam tren transisi Energi Baru Terbarukan (EBT). Hal ini dilakukan untuk mengurangi impor minyak yang dinilai masih terlalu tinggi.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan pihaknya tengah menggenjot pelaksanaan proyek EBT yang dapat mendukung target ketenagalistrikan nasional, mulai dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) hingga stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). 

Pada proyek pengembangan panas bumi, Pertamina melalui Pertamina Geothermal Energy (PGE) telah mengoperasikan enam PLTP dengan total kapasitas sebesar 672 Megawatt (MW) di  wilayah kerja panas bumi (WKP) yakni WKP Kamojang, Garut Jawa Barat 235 MW, WKP Lahendong, Tomohon Sulawesi Utara 120 MW, WKP Sibayak, Sinabung Sumatra Utara 12 MW, WKP Ulubelu Gunung Way Panas, Lampung 220 MW, WKP Karaha, Tasikmalaya dan Garut Jawa Barat 30 MW dan WKP Lumut Balai Muara Enim, Sumatra Selatan 55 MW.  

Pertamina juga terus menggenjot proyek panas bumi di WKP lainnya dengan target dalam lima tahun ke depan akan meningkat dua kali lipat menjadi 1.128 Megawatt pada 2026. “Secara konsisten Pertamina mendukung upaya Pemerintah untuk pengembangan geothermal agar dapat memaksimalkan sumber daya panas bumi di tanah air serta berkontribusi pada ketenagalistrikan nasional,” ujar Fajriyah dalam keterangan resminya, Selasa (23/11). 

Proyek pembangkit yang mengandalkan EBT lainnya, Pertamina telah mengoperasikan pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber energi biogas di wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Simalungun Sumatra Utara. PLTBg berkapasitas 2,4 MW tersebut merupakan hasil kerja sama pengembangan energi biogas dengan PT Perkebunan Nusantara III. Selama kuartal III/2021, PLTBg Sei Mangkei sudah menghasilkan listrik sebesar 8 GWh.  

PLTBg tersebut dapat memenuhi kebutuhan listrik industri KEK yang dikelola oleh PTPN III. Selain melakukan pengembangan bisnis PLTBg dengan PTPN Group, Pertamina melalui Subholding Power & NRE mulai bersiap mengembangkan bisnis pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di beberapa wilayah, termasuk di KEK Sei Mangkei yang saat ini sudah beroperasi dengan kapasitas sebesar 2 MWp. 

Fajriyah menuturkan, untuk pembangkit listrik dengan manfaatkan tenaga surya, Pertamina juga telah mengoperasikan PLTS Cilacap, di area operasi Refinery Unit Cilacap berkapasitas 1,34 MWp, PLTS Badak di area PT Badak NGL Bontang 4 MWp serta PLTS di 99 area operasi stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang tersebar di wilayah Sumatra, Jawa dan Kalimantan dengan total kapasitas 668 kWp. 

“Komitmen Pertamina tidak hanya sampai di sini, di masa depan seluruh wilayah operasi Pertamina menggunakan pembangkit tenaga surya untuk memanfaatkan energi matahari yang melimpah di wilayah khatulistiwa,” jelasnya. 

Adapun untuk mendukung rencana pengembangan ekosistem kendaraan listrik, Pertamina telah mengoperasikan lima unit stasiun pengisian daya yang berlokasi di SPBU Pertamina. Stasiun pengisian daya itu dikembangkan oleh Subholding Commercial & Trading Pertamina sebagai bagian dari inovasi untuk kebutuhan energi masa depan, terintegrasi dalam konsep baru SPBU ramah lingkungan yakni Green Energy Station (GES) yang telah diresmikan Agustus lalu. 

Untuk memastikan pemanfaatan  stasiun pengisian daya dapat berjalan dengan baik, Pertamina terus memantau transaksi dan jumlah daya listrik yang digunakan untuk melakukan pengisian baterai mobil listrik. Data sejak Februari hingga Oktober telah tercatat lebih dari 1.500 pengisian mobil listrik dengan total daya mencapai lebih dari 45.000 kWh. 

“Kami bergerak masif untuk EBT, dari hulu hingga hilir demi dapat mewujudkan energi bersih yang diperlukan dalam transisi energi dan mengejar target Pemerintah dalam pengembangan EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025,” tambahnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyoroti impor minyak yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero). Di hadapan jajaran direksi dan komisaris Pertamina, Jokowi menyebut impor minyak Pertamina terlalu besar.

Awalnya, Jokowi mendorong agar suplai energi di Indonesia bisa segera beralih ke energi terbarukan. Saat ini, suplai energi Indonesia masih didominasi oleh batu bara sebesar 67 persen, minyak 15 persen dan gas delapan persen.

Menurutnya, jika transisi energi tidak terjadi, maka pengaruhnya akan ada di neraca pembayaran dan nilai tukar rupiah.sinpo

Komentar: