Sindir Ahok, Mulyanto: Dia Harus Banyak Kerja Jangan Cuma Berisik, Ngoceh Aja..

Laporan: Farez
Selasa, 30 November 2021 | 10:07 WIB
Komisaris Pertamina, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok/net
Komisaris Pertamina, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok/net

SinPo.id - Di tengah kondisi PT Pertamina yang sulit, karena belum berhasil menyelesaikan pembagunan kilang minyak di Tuban, keberadaan Komisaris Utama (Komut) sedianya dapat meningkatkan pengawasan dan mendorong kinerja perusahaan agar lebih baik.

Sebagai Komut Pertamina, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok, sudah semestinya bisa membantu perusahaan plat merah mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi, bukan justru memperkeruh suasana dengan bicara sembarangan. 

Begitu disampaikan Anggota Komisi VII DPR RI fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mulyanto dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (30/11).

"Sebagai komisaris utama Ahok harusnya banyak bekerja bukan malah banyak bicara. Dia tidak bisa lepas tangan dengan kondisi Pertamina sekarang," tegas Mulyanto.

Mulyanto menambahkan, bahwa Komisaris ikut bertanggung jawab atas kinerja perusahaan yang dipimpin. Jadi bila beberapa waktu lalu Presiden memarahi Direktur Utama Pertamina maka sama artinya Presiden sedang memarahi Dewan Komisaris pula.

"Ahok harusnya paham dengan sistem tanggung renteng dalam pengelolaan perusahaan negara ini. Bukan malah bicara seolah dirinya bukan bagian dari Pertamina," katanya.

Mulyanto juga mengingatkan saat ini Pertamina punya tugas berat untuk menekan impor BBM termasuk gas LPG, yang selama ini menyumbang signifikan bagi defisit transaksi perdagangan, khususnya sektor migas.

Demikian pula Pertamina harus melaksanakan transformasi pemanfaatan energi fosil menjadi energi yang lebih bersih melalui strategi transisi energi.

"Jadi ketimbang bising di media atau berpolemik dengan kementerian BUMN, yang merupakan induknya, Ahok lebih baik fokus mendorong pembangunan kilang GRR Tuban," ujar Politikus PKS ini.

Hampir 25 tahun sejak pengoperasian RU (Refinery Unit) VII Kasim di Papua tahun 1997, maka praktis tidak ada pembangunan kilang baru Pertamina.

Pertamina berencana menambah 2 kilang baru, yakni Kilang GRR Tuban dengan kapasitas terpasang 300 ribu bph (barel per hari) dan Kilang Bontang. Namun realisasinya belum meyakinkan.  Pembangunan Kilang Tuban terus molor, Sedang pembangunan Kilang Bontang dibatalkan.

 Dari total 6 buah kilang yang ada dihasilkan BBM sebanyak 850 – 950 ribu bph. Dengan kebutuhan BBM hari ini yang sebesar 1.6 juta barel, maka praktis kekurangannya sebesar 800 ribu bph dipenuhi dari impor, yang mendominasi defisit transaksi migas kita sebesar 7 milyar USD ditahun 2020.sinpo

Komentar: