UV Tinggi

Oleh: Dahlan Iskan
Senin, 13 Desember 2021 | 05:19 WIB
Foto: Disway
Foto: Disway

SinPo.id - Mengapa Indonesia lebih tahan terhadap Omicron -varian terbaru Covid-19? Karena Indonesia bercuaca panas?
                                                                                                 
"Lebih karena tingkat sinar UV di Indonesia lebih tinggi," ujar ahli virus Indro Cahyono.
                                                                                                     

Dulu pernah ada yang berteori Covid-19 tidak akan masuk Indonesia. Itu karena Indonesia negara tropis. Panas. Bukan negara dingin bersalju.
                                                                                                     
Nyatanya Covid merajalela pun di Indonesia. Sampai pernah mencapai lebih 40.000 kasus baru sehari. Tidak sampai satu minggu.
                                                                                                     
Dua varian baru yang merajalela di banyak negara tidak begitu berpengaruh di Indonesia: Delta dan Omicron. Dokter hewan Indro pun ingat peristiwa pribadi di tahun 2018. Sebelum ada Covid-19.
    
Hari itu, di sebuah laboratorium virus, Indro kelupaan sesuatu. Ia lagi memproses virus. Ruang lab lagi terang benderang. Lampu UV (ultra violet) di lab itu kalah terang dengan lampu penerangan. Tidak begitu terlihat.
                                                           
Ketika meninggalkan lab itu –tidak lama lagi akan masuk kembali– Indro lupa mematikan lampu UV. Saat kembali ke meja lab ia kaget: semua virus yang ia teliti telah mati.

Tahun lalu, ketika Civid-19 sudah masuk Indonesia, Indro melakukan eksperimen yang lain lagi. Di siang bolong. Jam 12.00. Cuaca lagi panas-panasnya. Sekitar 31 derajat.

Indro tidak mau menyebutkan lokasinya: di alam terbuka. Yang jauh dari penduduk. Desa terdekat sekitar 5 Km.

Di situlah drh Indro membuka petri dish. Cepuk lab yang kecil itu. Yang ukurannya sebesar tempat contact lens itu. Yang desainnya memang aman: dibuat khusus untuk menyimpan dan men-transport virus. Cepuk itu masih pula dimasukkan kontainer pengaman.

Di tengah alam terbuka itulah drh Indro membuka tutup cepuk. Agar virus Covid-19 terpapar sinar matahari: lima menit.

Cepuk itu ia tutup kembali. Ia larikan ke lab: virus Covid-19 di cepuk itu mati semua.

Tentu saya tidak akan menceritakan detailnya: di lab mana, di alam terbuka mana, apakah saat itu ia pakai APD dan keterangan rinci lainnya. Biarlah ia menjadi peneliti yang tidak terganggu oleh masalah-masalah di luar ilmu pengetahuan.

Drh Indro yang pernah dua tahun menjadi asisten profesor peneliti virus di Australia itu meneruskan kajiannya: mencari literatur kadar sinar UV di seluruh dunia.

Dari kajiannya itu, Indro menyimpulkan: kawasan khatulistiwa mendapat sinar UV lebih tinggi. Terutama sampai 23,5 derajat di utara garis khatulistiwa. Yang 23 derajat di selatan khatulistiwa juga tinggi tapi tidak setinggi di utara garis.

"UV yang tertinggi itu di Papua," ujar Indro. "Bisa di indeks 12," katanya. Itu tertinggi di dunia. Sedangkan di Jawa antara 8 sampai 10.

Saya sampaikan padanya: di Texas itu, Amerika Serikat bagian selatan, cuacanya juga panas sekali. Kenapa kasus Covid-19 nya tinggi.

"Kadar UV di daerah Texas hanya 6," ujar Indro. Ia pun menyerahkan peta UV dunia ke saya -untuk pembaca Disway. Silakan didiskusikan.

Indro -yang terkenal dengan protokol rakyatnya itu- tetap mencuci hidung dan tenggorokan dengan cairan garam krosok. Ia juga terus meneliti varian baru Omicron. Sampai pun ia menemukan perbedaan bentuk korona di virus itu.

Saya juga bertanya di mana ia menyimpan koleksi virus-virus Covid-nya. "Tentu di sebuah lab yang diizinkan untuk itu," katanya.

Drh Indro juga berpengalaman meneliti virus flu burung. Yang wujudnya lebih besar dari virus Covid-19. "Ukuran virus Covid itu sekecil 100 nanometer. Sedang ukuran virus flu burung sebesar 180 nano," ujar Indro. Anda sudah tahu: 1 nano adalah 1 milimeter dibagi 10 juta.

Di antara negara Covid paling heboh saat ini adalah Inggris: rasanya, itu akibat tidak ada buzzer di sana. Perdana Menteri Boris Johnson kini lagi jadi bulan-bulanan media. Ada yang bocor: menjelang Natal tahun lalu Boris dianggap melanggar protokol kesehatan.

Di tanggal itu, 15 Desember 2020, ada larangan berkumpul melebihi dua orang di sana. Malam itu Boris Johnson ternyata membuat acara amal. Menjelang Natal.

Di kantor perdana menteri berkumpul tiga orang. Boris dan dua stafnya. Mereka berada di sekitar komputer. Untuk mengadakan kuis online bertema Natal. Hasilnya untuk amal.

Acara itu berlangsung dua jam. Sampai jam 21.00. Semua staf kantor perdana menteri ikut kuis itu. Di komputer masing-masing. Ditemani wine dan bir. Saling bersulang secara online. Meriah. Gembira.

Ketika video itu bocor pekan lalu, media di sana ribut: perdana menteri melanggar peraturannya sendiri. Ia diminta mundur dari jabatan.

Inggris memang konsisten tinggi di kasus baru Covid -di atas 40.000/hari. Sejak tahun lalu. Rupanya Inggris memang termasuk yang sedikit mendapat sinar UV. Hanya 4. Paling tinggi 5.

Maka berbahagialah kita: punya banyak buzzer. Dan punya lebih banyak sinar ultra violet. Dengan risiko: kulit kita lebih hitam. Juga hati kita. Terutama bagi yang tidak mampu membeli penge-glow.sinpo

Komentar: