Sindir Survei Pilgub Jateng Yang Unggulkan Gibran Putra Jokowi, PDIP: Aneh

Laporan: Samsudin
Minggu, 09 Januari 2022 | 16:21 WIB
Abang Baginda Muhammad Mahfuz/net
Abang Baginda Muhammad Mahfuz/net

SinPo.id - Nama Putra Presiden Jokowi Gibran Rakabuming Raka makin melejit dan dikenal publik semenjak terpilih sebagai Walikota Solo. Gibran bahkan disebut-sebut punya potensi besar untuk diusung PDI Perjuangan di Pilgub DKI 2024 mendatang.

Tidak hanya di DKI, Gibran juga berpotensi meneruskan kursi Gubernur Jawa Tengah selepas masa jabatan Ganjar Pranowo habis. Hal ini rasanya bukan isapan jempol semat, karena nama Gibran menjadi calon terkuat untuk menjadi Gubernur Jawa Tengah berdasarkan hasil survey Charta Politika Indonesia.

“Pilkada Jateng nanti sepertinya akan jadi isu nasional lagi kalau liat hasil survei terbaru... Nama Gibran jauh di atas nama-nama lain termasuk walkot semarang & wagub incumbent sekalipun...Akan beda ceritanya kalo disurvei pilkada DKI.. Isu politik dinasti potensi jadi beban,” cuit Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, melalui akun Twitternya @yunartowijaya.

Dalam Survei Charta Politika, Gibran unggul dengan elektabilitas mencapai  34,8 persen. Ia unggul jauh dibanding tokoh lainnya, termasuk Walikota Semarang, Hendrar Prihadi (Hendi) (6,9 persen).

Bahkan Gibran berada jauh di atas petahana Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen yang hanya meraih 9,3 persen suara.  

PDIP Jateng Sinis

Namun, hasil survey Charta Politika Indonesia ditanggapi dingin Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng Bidang Politik, Abang Baginda Muhammad Mahfuz. Menurutnya, secara prinsip pihaknya percaya dan menghormati hasil survei dan lembaga survei yang melakukan survei secara ilmiah.

Namun, dia melihat ada kejanggalan pada survei Pilgub Jateng yang dilakukan Charta Politika ini. Keanehan itu di antaranya, survei disebut dilakukan pada 28 September-3 Oktober 2021 yang lalu. Namun hasil survei baru diumumkan Januari 2022.

"Survei September 2021, kemudian hasilnya dirilis Januari 2022. Padahal situasi politik sangat dinamis, situasi sekarang sudah jauh berbeda dengan dulu. Ini bisa disebut kebohongan publik," ujar anggota Komisi C DPRD Jateng tersebut, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (8/1).

Lebih lanjut Baginda mengatakan, keganjilan lain tampak pada adanya tokoh yang muncul namanya dalam elektabilitas namun tak muncul di angka popularitas. Yaitu nama Wali Kota Salatiga Yulianto.

"Bagaimana mungkin namanya muncul di elektabilitas tetapi popularitasnya tidak ada. Logikanya orang dikenal dulu baru dipilih. Ini aneh, ganjil, dan ngawur," tandasnya.

Dia juga menilai, saat ini masyarakat Jateng belum begitu memikirkan perhelatan Pilgub 2024. Sebab konsentrasi masyarakat lebih fokus pada pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Apalagi saat ini muncul varian baru Omicron.sinpo

Komentar: