Megawati Senggol Benalu Pandemi! Senior PDIP: Penguasa-Pengusaha Pemburu Rente

Laporan: Samsudin
Selasa, 11 Januari 2022 | 09:39 WIB
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri/ist
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri/ist

SinPo.id - Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri menyinggung adanya pihak-pihak yang tega memanfaatkan situasi pandemi untuk mengeruk kepentingan. Ia juga menyinggung oknum yang memanfaatkan sikon pandemi untuk mendiskreditkan pemerintah.

Salah satu ucapan yang cukup menohok disampaikan Megawati dalam sambutannya saat HUT PDIP ke-49 kemarin adalah benalu di tubuh pemerintahan Jokowi.

Benalu ini tidak hanya disampaikan Megawati, namun juga oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Ia menyinggung terkait adanya sosok benalu yang mengambil keuntungan di tengah pandemi COVID-19.

"Apa yang disampaikan Bu Mega tadi, kalau lihat dari pidatonya secara lengkap, sebenarnya beliau menyampaikan ini sebagai kritik autokritik sebagai bangsa, termasuk bagi PDIP sendiri. Dan kita lihat mengapa untuk menurunkan biaya PCR itu harus presiden yang turun tangan. Setelah presiden turun tangan baru itu turun," kata Hasto dalam konferensi pers virtual, Senin (10/1).

Lantas siapa sosok benalu yang dimaksud?

Politikus senior PDIP, Hendrawan Supratikno blak-blakan memberikan clue siapa sosok benalu yang dimaksud. Dia menyebut benalu tersebut penguasa dan pengusaha yang tega mengkonversi penderitaan sebagai lahan perburuan rente.

“Siapa saja yang memenuhi kriteria ini, bisa penguasa pengusaha, bisa pengusaha penguasa," kata Hendrawan, Senin (10/1).

Hendrawan mengatakan para benalu tersebut mengambil untung di tengah situasi pandemi COVID-19. Caranya, kata dia, dengan menggunakan praktik bisnis bernuansa korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Politisi PDIP ini menilai pernyataan Megawati soal pihak mencari keuntungan sudah jelas. Dia menyebut Megawati memang selalu mengingatkan kepada para kadernya agar melawan tindakan 'mumpungisme' dan parasitik di tengah kondisi memprihatinkan saat ini.

"Apa perlu tafsir lagi? Rasanya sudah jelas, ya. Kepemimpinan politis harus tumbuh berbarengan dengan kepemimpinan moral-etis, sebab kalau tidak, politik tidak akan mampu melahirkan transformasi peradaban," ucapnya.

"Tindakan-tindakan mumpungisme dan parasitik harus dilawan secara kolektif," tutupnya.sinpo

Komentar: