Hepatitis Misterius, Kemenkes Sebut PTM Belum Perlu Disetop

Laporan: Azhar Ferdian
Rabu, 11 Mei 2022 | 23:46 WIB
Pembelajaran Tatap Muka/Net
Pembelajaran Tatap Muka/Net

SinPo.id -  Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menilai masih belum perlu menyetop aktivitas Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Indonesia menyusul temuan dugaan kasus infeksi hepatitis akut misterius yang mayoritas menyasar usia anak.

Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menerangkan upaya dan gerakan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang diterapkan selama pandemi Covid-19 dapat menjadi benteng pertahanan bagi anak-anak di sekolah.

"Tidak perlu melakukan evaluasi PTM terkait adanya hepatitis akut berat ini. Prokes tetap dilaksanakan pada saat PTM, dan ini memberikan juga pencegahan terhadap hepatitis akut, seperti cuci tangan dan memakai masker," kata Nadia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (11/5).

Kendati demikian, Nadia tetap meminta seluruh pihak untuk waspada dan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) guna mencegah penularan penyakit hepatitis akut yang masih misterius ini.

Ia juga menyarankan para orang tua memeriksakan anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat apabila buah hati mengalami gejala mirip penyakit kuning. Kemudian sakit perut, muntah-muntah, diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, dan penurunan kesadaran.

"Masyarakat, orang tua, untuk segera melaporkan apabila mendapati gejala-gejala itu," ujarnya.

Lebih lanjut, Nadia juga mengonfirmasi sejauh ini pihaknya baru menerima laporan 15 kasus yang diduga merupakan kasus infeksi hepatitis akut. Belasan kasus itu dilaporkan terjadi di sejumlah provinsi Indonesia. Di antaranya DKI Jakarta, Sumatera Barat, Jawa Barat, Kepulauan Babel, dan Jawa Timur.

Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sriprahastuti menegaskan 15 kasus yang diduga Hepatitis akut di Indonesia belum bisa dikategorikan sebagai Hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya (acute hepatitis of unknown aetiolog).

"Karena masih menunggu pemeriksaan, kemungkinan Hepatitis E dan Adenovirus. Semua masih dugaan atau suspek," kata Brian dalam keterangan resminya.

Brian menjelaskan 15 kasus yang dilaporkan tersebut sebanyak 11 kasus sudah diperiksa hasilnya bukan Hepatitis ABCD.

"Tapi belum diperiksa untuk Hepatitis E dan Adenovirusnya, karena menunggu reagen," ujarnya.

Brian mengklaim bertambahnya kasus dugaan hepatitis akut yang dilaporkan membuktikan sistem peringatan dini dan Surat Edaran Kemenkes direspon dengan baik oleh daerah.

"Meski demikian masyarakat tetap harus meningkatkan kewaspadaan terutama untuk keluarga," pinta Brian.

Sebagai informasi, fenomena hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya, menjadi sorotan dunia setelah WHO menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 15 April 2022. WHO menerima laporan 169 kasus di 12 negara.

Di Indonesia, kasus hepatitis akut misterius i sejauh ini diduga menyebabkan enam anak meninggal dunia. Dari keenam kasus tersebut tiga kasus meninggal ditemukan di DKI Jakarta, satu di Tulungagung, satu di Solok, dan Medan.

Tiga kasus kematian di DKI Jakarta dilaporkan dalam kondisi stadium lanjut ketika sampai di Rumah Sakit. Ketiga pasien anak tersebut masing-masing berusia 2 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun.

Kasus kematian yang dilaporkan di Kabupaten Tulungagung terjadi pada anak berusia tujuh tahun. Adapun untuk kasus kematian yang dilaporkan di Solok terjadi pada bayi berusia 2 bulan.

Terbaru, kasus kematian yang dilaporkan di Medan, Sumatera Utara terjadi pada anak berusia tujuh tahun. Pasien tersebut sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.sinpo

Komentar: