Menguak Lokasi Perang Bubat

Laporan: Tim Redaksi
Sabtu, 09 Juli 2022 | 14:53 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

SinPo.id - Perang Bubat diduga menjadi salah satu penyebab kemerosotan Kerajaan Majapahit. Ditambah lagi dinamika politik yang membuat Mahapatih Gajah Mada terusir dari istana dan dburu pejabat-pejabat Majapahit, karena dianggap menjadi biang keladi kegagalan pernikahan Dyah Pitaloka dengan raja Hayam Wuruk.

Dikisahkan di Kakawin Negarakertagama gubahan Mpu Prapanca bahwa Perang Bubat terjadi lapangan Bubat. Menurut buku "Perang Bubat 1279 Saka: Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit" tulisan Sri Wintala Achmad, perang antara pengantin Sunda dengan pasukan Bhayangkara berada di sebuah padang rumput di sebelah utara kediaman kerajaan yang digunakan untuk acara olahraga tahunan.

Kidung Sunda menampik informasi dari Kakawin Negarakertagama. Menurut naskah tersebut, Bubat merupakan pelabuhan sungai dari ibu kota Majapahit. Sehingga Bubat merupakan tempat bertemunya para pedagang, yang tengah berniaga di Majapahit.

Nigel Bullough, seorang naturalis asal Inggris yang berganti nama menjadi Hadi Sidomulya, dalam Napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca menyebut, Bubat berada di selatan Kali Brantas. Kemungkinan besar berada di Desa Tempuran, dahulu terletak 10 kilometer di sebelah utara Majapahit dan sekitar 8 kilometer barat daya pelabuhan di Canggu.

Sumber lain menyebut, Bubat terletak di Desa Trowulan, Mojokerto. Tempat itu difungsikan oleh Gajah Mada untuk mengatur pasukan Majapahit. Selain itu, lokasi tersebut semula digunakan untuk pelaksanaan upacara Sradah, tempat raja Majapahit dan raja bawahan berkumpul.

Bubat dijadikan tempat diselenggarakannya hiburan rakyat selama sebulan. Kebenaran pendapat ini didukung oleh J. Noorduyn yang mengacu pada Kakawin Negarakertagama.

Keberadaan Bubat bukan sebagai tempat fiktif juga dikuatkan oleh catatan perjalanan Bujangga Manik. Dalam perjalanannya, Bujangga Manik mengunjungi ibu kota Kerajaan Majapahit. Lapangan Bubat yang disebutnya menjadi petunjuk kuat keberadaan dirinya sesudah melewati empat daerah selepas dari Kali Brantas. Selepas Jombang, ia berjalan ke timur hingga mencapai Trowulan, di sana ia tinggal di Bubat.

Dari Bubat, Bujangga Manik berjalan menuju Manguntur. Di wilayah kotaraja Majapahit, ia mencatat nama-nama Darma Anar, Karang Kajraman, Karang Jaka, dan Palintahan. Dari nama-nama itu, hanya Palintahan yang memiliki petunjuk sebagai Plintahan, nama wilayah di tenggara Gunung Penanggungan atau sering disebut pawitra.

Meski masih misterius mengenai lokasi Bubat, wilayah ini memang benar-benar ada dan merupakan wilayah di Majapahit. Pendapat itu berdasarkan pada Kakawin Negarakertagama dan catatan perjalanan Bujangga Manik yang dapat dipercaya.

Namun, apakah Bubat yang dimaksud ini adalah tempat pertempuran pasukan Majapahit melawan rombongan pengantin dari Kerajaan Sunda, pertanyaan ini masih menjadi perdebatan di kalangan para sejarawan.

 sinpo

Komentar:
BERITALAINNYA
Koran Sin Po, 17 Mei 1924 (Monash University/SinPo.id)
Moesim memboenoe dan merampok.
Jumat, 17 Mei 2024
Koran Sin Po 8 Mei 1986 (SinPo.id/Monash University)
Satoe Blanda di Tiongkok
Rabu, 08 Mei 2024
Koran Sin Po 21 April 1928, (Monash University/sinpo.id)
Tiongkok dan Barat.
Minggu, 21 April 2024
Koran Sin Po 30 Maret 1929 (Monahs University/SinPo.id)
Unificatie ka atas atawa ka bawah?
Sabtu, 30 Maret 2024
Koran Sin Po, 24 Maret 1928, (Monash University/SinPo.id)
Organisatie Tionghoa.
Minggu, 24 Maret 2024
Koran Sin Po 20 Maret 1926 (Monash University/SinPo.id)
“Bandjir besar di Brebes,”
Rabu, 20 Maret 2024