Proyek CPEC Terancam Gagal Setelah China Tinggalkan Pakistan di Saat Krisis Ekonomi

Laporan: Sinpo
Selasa, 09 Agustus 2022 | 06:49 WIB
Proyek Economic Coridor (CPEC)
Proyek Economic Coridor (CPEC)

SinPo.id - China Pakistan Economic Corridor (CPEC) yang telah beroperasi hampir satu dekade terancam gagal akibat krisis ekonomi Pakistan dan investasi China yang kian menyusut.

Dilansir dari ANI News, Kamis, 4 Agustus 2022, sebagian besar proyek CPEC telah tertunda akibat dari maraknya aksi protes dan korupsi yang membuat proyek tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Terlebih lagi, China telah memotong dana CPEC lebih dari setengahnya pada tahun ini, sehingga proyek-proyek yang ada, terutama pembangkit listrik, harus mengalami gangguan serta penambahan biaya perawatan.

Mogoknya proyek CPEC juga didorong oleh pertumbuhan ekonomi China yang melambat hingga 0,4 persen pada kuartal kedua tahun 2022 yang mengarah pada kemungkinan stagflasi.

Peneliti Institut Peterson untuk Ekonomi Internasional, Tianlei Huang mengatakan ekonomi China sedang berada dalam kondisi yang sangat buruk, dan kemungkinan tidak dapat mencapai target 5,5 persen pada tahun ini.

Hal ini menyebabkan China meninjau kembali Belt and Road Initiative (BRI) dan merevisi pendanaannya untuk proyek-proyek tersebut. Sebab banyaknya penyaluran dana pinjaman akan memperburuk risiko stabilitas keuangan China.

Menurut Green and Finance Development Center di Universitas Fudan Shanghai, Pakistan adalah salah satu penerima pembiayaan BRI terbesar, dengan bantuan pinjaman senilai 62 miliar dolar AS.

Namun, melihat Pakistan berada di ambang krisis ekonomi, China tidak berminat untuk melepaskan dana yang telah dijanjikannya kepada CPEC. Pada paruh pertama tahun 2022 saja, keterlibatan China di CPEC telah turun hingga 56 persen.

Di sisi lain, Pakistan tidak memiliki dana yang cukup untuk mendukung proyek CPEC sendiri karena kondisi negara yang menghadapi inflasi, jatuhnya mata uang rupee Pakistan (PKR), hingga menyusutnya cadangan devisa.

Utang luar negeri Pakistan naik mencapai 126 miliar dolar AS pada 2022. Sementara PKR telah turun dratis karena kehilangan 7 persen nilainya hanya dalam kurun waktu seminggu.

Bahkan, cadangan devisa Bank Negara Pakistan (SBP) telah turun dari 19,3 miliar dolar AS pada September 2021 menjadi 8,58 miliar dolar AS pada Juli 2022. Jumlah devisa ini bahkan tidak dapat mendukung impor kurang dari satu setengah bulan.

Bank Negara Pakistan mengklaim utang luar negeri sebagai faktor utama penurunan cadangan devisa. Seperempat utang luar negeri Pakistan berasal dari China, dan IMF pun ogah memberikan bantuan luar negeri, sehingga memaksa Pakistan untuk menambah pinjaman baru dari China sebesar 2,3 miliar dolar AS. 

 sinpo

Komentar: