Investor Lirik India Sebagai Destinasi untuk Berinvestasi Ketimbang China

Laporan: Tri Bowo Santoso
Sabtu, 03 September 2022 | 22:17 WIB
Perdana Menteri India Narendra Modi (depan) dan Presiden China Xi Jinping (belakang) berjabat tangan dengan para pemimpin di KTT BRICS di Goa, India. Foto: AP/Manish Swarup
Perdana Menteri India Narendra Modi (depan) dan Presiden China Xi Jinping (belakang) berjabat tangan dengan para pemimpin di KTT BRICS di Goa, India. Foto: AP/Manish Swarup

SinPo.id - Investor lebih melirik India sebagai destinasi untuk berinvestasi, mengingat pertumbuhan ekonomi New Delhi itu mencapai 13,5 persen. 

Sementara, China yang awalnya bisa menjadi tujuan untuk berivestasi, sekarang justru jauh dari harapan, karena ekonominya yang tumbuh melambat sejak pembatasan Covid-19.

Seorang ekonom di Deloitte India, Rumki Majumdar, mengatakan pertumbuhan ekonomi di India berbeda dengan negara ekonomi besar lainnya yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan.

"Dengan pertumbuhan yang relatif tinggi dan inflasi yang rendah, India akan memperoleh kepercayaan dari investor global untuk meningkatkan investasi dalam negeri," kata Rumki, Jumat, 2 September 2022.

Menurut Rumki India menghadapi lebih sedikit trade-off antara pertumbuhan dan inflasi. Pada Juli lalu, Inflasi ritel India (CPI-C) telah turun ke level terendah dalam lima bulan sebesar 6,71 persen.

Di masa pandemi, otoritas pemerintah melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) India mencapai 36.85 lakh crore Rupee, lebih tinggi 3,83 persen dari tingkat pra-pandemi.

"Ini menunjukan bahwa India merupakan negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan inflasi yang minim dibandingkan dengan ekonomi utama lainnya,” jelas laporan tersebut.

Dimuat Hindustan Times, sejak pandemi melanda India, PM Narendra Modi telah meluncurkan program keringanan kredit Gareeb Kalyan Yojana bagi UMKM untuk melindungi dan meningkatkan pendanaan publik serta merangsang investasi swasta.

"Pengeluaran modal pemerintah Modi selama kuartal pertama tahun keuangan mencapai 1.75 lakh crore Rupee, setara dengan APBN tahun 2013-2014 selama era United Progressive Alliance (UPA) yang dipimpin Kongres," kata laporan.

Menurut basis data triwulanan PDB Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), pertumbuhan ekonomi negara-negara industri untuk April-Juni 2022 diperkirakan melambat dengan China sebesar 0,4 persen, Jerman 1,7 persen, AS 1,7 persen, Prancis 4,2 persen, Italia 4,6 persen dan Kanada 4,8 persen.

Data tersebut juga menjelaskan perlambatan ekonomi raksasa China disebabkan oleh pembatasan zero Covid yang ketat terjadi di sektor perbankan dan real estat.

"Rezim Xi Jinping memperburuk dampak ekonomi dengan mengancam Taiwan dan kebangkrutan negara negara-negara penerima Belt Road Initiative (BRI) seperti Sri Lanka, Pakistan, Myanmar serta Kenya mengancam investasi dan kelanjutan piutang Beijing," tutur OECD.

Para ahli berharap bahwa India dapat menutup tahun keuangan ini dengan pertumbuhan lebih dari 7 persen yang sangat mungkin dilakukan mengingat banyaknya kebijakan yang memadai untuk memastikan momentum pertumbuhan yang berkelanjutan di sektor perdagangan, hotel, transportasi dan lain-lain. 
 sinpo

Komentar: