Kenaikan Harga BBM Naik Membuat Petani hingga Pengusaha Mati Perlahan

Laporan: Tri Bowo Santoso
Kamis, 15 September 2022 | 01:37 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

SinPo.id - Dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sangat dirasakan seluruh lapisan masyarakat dari berbagai macam profesi. 

Fakta itu terungkap dari narasumber yang hadir dalam diskusi publik bertajuk "BBM Naik, Rakyat Menjerit" diselenggarakan oleh Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) pada Rabu, 14 September 2022.

Diskusi ini menghadirkan Marlan Infantri Lase (Serikat Petani Indonesia), Anthony Budiawan (Pengamat Ekonomi), Dr. Mulyadi (Dosen Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia), Alvino Antonio (Ketua Komunitas Peternak Unggas Nasional) dan dimoderatori oleh Hersubeno Arief wartawan senior FNN.

Pada kesempatan itu, Marlan Infantri Lase yang pernah menjadi petani jagung dari Nias mengungkapkan, sulitnya bertani saat terdampak kenaikan harga BBM.

"Segala kebutuhan tani berupa pupuk, benih, hingga pestisida bergantung pada produksi korporasi. Ditambah dengan ditariknya subsidi pupuk," keluh Marlan.

Pada kesempatan yang sama, Alvino Antonio berbicara dari sudut pandang peternak yang mengatakan, naiknya harga BBM tidak sepenuhnya mempengaruhi harga jual ayam dan telur. Usaha mereka dikuasai oleh Penanaman Modal Asing (PMA), sehingga peternak tidak mempunyai kedaulatan untuk menentukan harga.

"Meskipun Permendag menyepakati harga acuan, namun tetap tidak berpengaruh," keluhnya.

Selanjutnya, Dosen Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, Mulyadi lebih fokus pada paham liberalisme. Ada paham liberalisme yang meyakini bahwa individu akan berkembang jika dibebaskan dari individu lainnya.

"Demo anti BBM seharusnya dilakukan dengan memastikan kekuasaan jatuh. Indonesia telah memasuki tahap neoliberalisme, di mana aparat negara dijadikan sebagai alat, namun dianggap sah karena hukum membolehkan. Dan BLT dijadikan suap politik sehingga rakyat tidak melawan," tuturnya.

Sementara Pengamat Ekonomi Anthony Budiawan mengutarakan, John Lock tahun 1600-an memaparkan soal kepemilikan lahan yang diberikan kepada orang yang bisa menggarap seoptimal mungkin.

Namun, sekarang dia melihat lahan yang seharusnya menjadi hak putra daerah, namun terpinggirkan oleh korporasi yang masuk.

"Terdapat 138,9 juta rakyat miskin di Indonesia. Penderitaan masyarakat pasca pandemi Covid-19 dengan APBN defisit sebanyak Rp 1.200 triliun, pemecatan buruh hingga kenaikan harga BBM jelas mencekik rakyat bawah seperti petani, nelayan, dan peternak," tukas Anthony.

Selain itu, kenaikan pendapatan pemerintah pasca kenaikan BBM hanya berjumlah Rp 31,75 triliun. Namun berdampak sangat besar terhadap kesulitan rakyat.

"Kenaikan harga BBM tidak adil dikarenakan tidak adanya transparansi dan perhitungan kenaikan harga yang fair. Kenaikan BBM telah melukai rakyat banyak dengan segala permasalahan yang ditimbulkan," pungkas Anthony. 

 sinpo

Komentar: