Pelarangan Ekspor Beras Oleh India Akan Berdampak Bagi Indonesia dan Filipina

Laporan: Tri Bowo Santoso
Rabu, 21 September 2022 | 05:28 WIB
Ilustrasi beras. Foto: Istimewa
Ilustrasi beras. Foto: Istimewa

SinPo.id - Pemerintah India melarang ekspor beras pecah dan memungut pajak ekspor 20 persen pada sejumlah varietas mulai 9 September 2022. Langkah itu untuk mengendalikan harga beras domestik.

Perusahaan konsultan asal Jepang, Nomura, memperkirakan, dampak kebijakan pemerintah India melarang ekspor beras memang tidak merata di Asia. Namun, Indonesia dan Filipina paling rentan terdampak.

Sebagai informasi, India menguasai 40 persen pengiriman beras secara global dengan mengekspor ke lebih dari 150 negara.

Tahun lalu, ekspor beras India mencapai 21,5 juta ton. Reuters melaporkan angka itu lebih besar dari gabungan empat eksportir beras terbesar di bawah India yakni Thailand, Pakistan, Vietnam, dan AS.

Namun, produksi beras turun 5,6 persen sejak awal tahun hingga 2 September 2022, karena curah hujan yang di bawah rata-rata.

Pemerintah India, baru-baru mengumumkan produksi beras selama musim monsoon antara Juni dan Oktober bisa turun antara 10 hingga 12 juta ton yang mengindikasikan hasil panen bisa merosot hingga 7,7 persen.

"Dampak larangan ekspor beras oleh India akan dirasakan oleh negara yang mengimpor dari India secara langsung dan seluruh importir beras secara tidak langsung karena dampaknya pada harga beras global," ujar Kepala Ekonom Nomura Sonal Varma, dilansir dari CNBC, Selasa, 20 September 2022.

Varma mengungkapkan kenaikan harga beras di tingkat ritel India 9,3 persen secara tahunan pada Juli lalu. Indeks harga konsumen (IHK) untuk beras juga naik 3,6 persen secara tahunan pada Juli 2022.

Menurut Varma, Filipina yang mengimpor 20 persen dari beras konsumsinya paling terdampak dari kenaikan harga tersebut.

Indonesia juga akan terdampak negatif dari kebijakan India itu. Pasalnya, menurut Varma, Indonesia masih mengimpor 2,1 persen beras konsumsi.

Selain itu, berdasarkan informasi Statista, harga beras berkontribusi 15 persen terhadap keranjang IHK India.

Singapura masih mengimpor seluruh berasnya. Trade Map mencatat 28,07 persen beras di Singapura berasal dari India tahun lalu.

Namun, dampak kebijakan larangan ekspor beras oleh India akan minim di Singapura. Sebab, porsi beras ke keranjang IHK Singapura relatif kecil.

Di sisi lain, Varma menilai Thailand dan Vietnam akan diuntungkan oleh larangan ekspor beras India.

Pasalnya, dengan larangan tersebut, negara lain akan mencoba mencari sumber pasokan baru.

"Siapapun yang sekarang mengimpor beras dari India akan mengimpor lebih banyak dari Thailand dan Vietnam," tutur Varma.

Tahun lalu, produksi beras Vietnam diperkirakan berkisar 44 juta ton dan Thailand 21,4 juta ton.
 

 sinpo

Komentar: