Indonesia Masih Rentan Kebocoran Data

Laporan: Sinpo
Kamis, 22 September 2022 | 04:55 WIB
Ilustrasi hacker
Ilustrasi hacker

SinPo.id - CEO Seclab Indonesia, Harry Adinanta, menilai, perhatian terhadap keamanan siber di Indonesia masih sangat minim sebelum kasus pembocoran data dilakukan oleh Bjorka. 

Tetapi, Harry meyakini, hal itu bisa diatasi jika pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang memegang data masyarakat juga terus berupaya memperkuat keamanan mereka.

“Untuk saat ini, kami terus mensosialiasikan pentingnya keamanan siber. Jadi, sebenarnya untuk rentan atau tidaknya bisa diatasi jika seluruh masyarakat sudah teredukasi dengan baik dalam mengamankan datanya,” kata Harry dikutip MNC Portal, Rabu, 21 September 2022.

“Scurity Lab juga sudah bekerja sama dengan perbankan, perusahaan telekomunikasi, dan pemerintahan. Jadi, sebenarnya pihak-pihak terkait bukannya tidak melakukan apa-apa, tapi sudah berusaha semaksimal mungkin," sambung  Harry

Namun, Harry Adinanta juga mengingatkan bahwa seorang peretas juga terus mengasah kemampuan mereka. Bahkan di dalam komunitas ada semacam uji kompetensi. Hal ini, menurut Harry, akan meningkatkan level mereka.

Oleh karena itu, pemerintah dan perusahaan yang memegang data masyarakat harus dapat mengimbangi kemajuan pada peretas. Menurutnya, menggandeng para peretas di Indonesia yang tergabung dalam white hat hacker bisa menjadi solusi.

“Saya sepakat jika pemerintah menggandeng mereka-mereka yang ahli di bidang keamanan siber, tapi juga kriminalnya, ujar Harry.

“Para peretas yang jahar bisa dimanfaatkan oleh polisi agar memahami bagaimana cara mereka membocorkan data. Tapi, saya sebagai praktisi bagian security, ya ada baiknya pemerintah bisa menggandeng orang-orang baik,” tutur Harry.

Harry Adinanta juga menegaskan pemerintah Indonesia bisa memperbesar anggaran untuk meningkatkan keamanan siber. Menurutnya, semakin penting data yang dilindungi maka memerlukan alat dan teknologi yang lebih canggih.

“Besar biaya yang dikeluarkan itu harus sesuai dengan risikonya. Misal, kita menghabiskan dana Rp1 juta untuk mengamankan satu aset yang nilainya Rp1.000, ini kita rugi,” ucap Harry.

“Jadi untuk biaya cyber security itu selalu dikaitkan dengan apa yang kita lindungi. Seberapa penting data yang dilindungai dan seberapa besar risikonya. Memang tidak terlihat murah, tapi itu sangat layak.”

Untuk hal minor, tapi sebenarnya memberikan dampak, Harry juga menegaskan hal tersebut perlu mendapatkan perhatian. Pihak cyber scurity yang ditugaskan harus bisa melihat apa yang terjadi sehingga sistem dapat dibobol.

 sinpo

Komentar: