Rupiah Melemah, Pengamat: Dampak Besarnya Bukan pada Subsidi BBM Tapi Bunga Utang

Laporan: Galuh Ratnatika
Jumat, 30 September 2022 | 21:01 WIB
Ilustrasi rupiah (SinPo.id/Pixabay)
Ilustrasi rupiah (SinPo.id/Pixabay)

SinPo.id - Rupiah kian melemah dan kini mencapai Rp15.200 per dollar. Hal ini berimbas ke banyak sektor, dan mengakibatkan impor Indonesia, termasuk impor minyak bumi akan semakin besar.

Namun, Analis Ekonomi dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandra, mengatakan bahwa harga minyak dunia sudah turun menjadi USD 70 per barrel.

"Jadi mungkin dampaknya terhadap beban subsidi BBM tidak sebesar itu, yang justru harus diwaspadai adalah beban APBN untuk bunga utang di tahun depan," kata Gede kepada SinPo.id, Jumat 30 September 2022.

Pasalnya, modal asing akan kembali ke AS akibat kenaikan suku bunga The Fed, dan akan membuat suku bunga (yield) surat utang Indonesia juga meningkat.

"Harga surat utang Indonesia menjadi lebih murah akibat banyak dilepas asing. Padahal pemerintah pasti akan semakin bergantung pada penarikan surat utang," paparnya.

Lebih lanjut, Gede menjelaskan, kaburnya modal asing juga akan membuat defisit transaksi berjalan semakin besar, dan rentan terhadap nilai kurs Rupiah. Artinya, Rupiah dapat semakin anjlok hingga Rp 16.000 per dollar.

"Kalau mata uang sudah di level Rp 16.000 per dollar sangat mungkin (Indonesia mengalami resesi). Itu level psikologis nilai tukar saat terjadi resesi besar terakhir di Indonesia tahun 1998," ungkapnya.

Selain itu, Bloomberg juga pernah melakukan survey yang menyatakan bahwa Indonesia berpeluang masuk ke jurang resesi tahun ini.sinpo

Komentar: