Gempa di Cianjur Sebabkan 321 Orang Tewas dan Ratusan Lainnya Luka, Berikut Penjelasan Pakar

Laporan: Galuh Ratnatika
Minggu, 27 November 2022 | 23:31 WIB
Sebuah bangunan roboh akibat gempa Magnitude 5,6 SR di Kabupaten Cinajur Jabar (SinPo.id/BNPB)
Sebuah bangunan roboh akibat gempa Magnitude 5,6 SR di Kabupaten Cinajur Jabar (SinPo.id/BNPB)

SinPo.id -  BNPB mencatat total 321 orang tewas dan ratusan orang lainnya menderita luka akibat gempa Cianjur, Jawa Barat. Data ini terhitung sejak Minggu 27 November 2022. 

Mengapa gempa Cianjur dapat menyebabkan ratusan korban jiwa tewas? 

Menurut para ahli, gempa bumi yang mengguncang provinsi Jawa Barat di Indonesia pada hari Senin dengan magnitudo 5,6, secara teknis masih merupakan kategori sedang. Karena di zona panas seismik tersebut sering mengalami gempa yang jauh lebih besar.

“Gempa bumi dengan magnitudo 5,6 dalam skema, bukanlah gempa besar. Ada banyak patahan yang dapat menghasilkan gempa sebesar itu,” kata seismolog dari US Geological Survey (USGS) di Pasadena, California, Susan Hough, dilansir dari The Washington Post, Minggu 27 November 2022.

Ilmuwan yang mempelajari gempa bumi menyebutkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian tragis. Salah satunya, karena episentrum gempa dangkal, yang hanya berkisar enam mil di bawah permukaan bumi, sehingga energi seismik tidak perlu melakukan perjalanan jauh sebelum menghantam orang dan bangunan.

"Itu mungkin terdengar dalam, tetapi gempa bumi bisa berasal dari ratusan mil di bawah tanah, dan kedalaman pusat gempa bisa berpengaruh terhadap seberapa besar guncangan yang dirasakan di permukaan," papar Hough.

Ia juga menjelaskan bahwa gempa yang terjadi di Cianjur, merupakan gempa strike-slip, yaitu jenis gempa yang sama yang terjadi di sepanjang patahan San Andreas, California. Gempa strike-slip terjadi akibat energi yang menumpuk saat dua lempeng tektonik bergesekan satu sama lain.

Sementara itu, seorang analis gempa untuk USGS, Don Blakeman, mengatakan kehancuran dan banyaknya kematian yang disebabkan oleh gempa tidak hanya bergantung pada seberapa besar guncangan yang terjadi.

"Tetapi juga pada seberapa ketat aturan bangunan yang diterapkan pemerintah dalam memaksa setiap penduduk untuk membuat rumah atau bangunan dengan struktur tahan gempa," kata Blakeman yang secara tidak langsung menyebut struktur bangunan di Indonesia masih sangat buruk untuk menahan gempa.

Pasalnya, menurut ​​arsitek sekaligus pendiri dan direktur Smart Shelter Consultancy, Martijn Schildkamp, struktur tahan gempa dirancang untuk melindungi bangunan dari keruntuhan dan dapat bekerja dengan dua cara, yakni membuat bangunan lebih kuat, atau membuatnya lebih fleksibel.

"Di negara maju seperti Jepang, pengetahuan, infrastruktur, dan uang sudah tersedia untuk membangun bangunan tahan gempa, tetapi tingginya biaya membangun struktur seperti itu membuat negara berkembang kesulitan," katanya kepada CNN.sinpo

Komentar: