Menteri Bahlil Didorong Perkuat Smelter Dalam Negeri

Laporan: Martahan Sohuturon
Kamis, 02 Maret 2023 | 18:30 WIB
Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Foto: Istimewa
Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Foto: Istimewa

SinPo.id - Program hilirisasi sumber daya alam diyakini menjadi gerbang emas bagi bangsa Indonesia. Melalui program hilirisasi, bangsa ini dapat mewujudkan cita-cita Indonesia Emas pada 2045 dalam mengupayakan RI naik menjadi negara dengan penghasilan tinggi. 

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia  memastikan Indonesia akan terus mengakselerasi program hilirisasi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, memberikan nilai tambah sebesar-besarnya bagi bangsa, dan negara. 

Pada ujungnya, hilirisasi sendiri bertujuan untuk melipatgandakan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita menjadi USD10 ribu pada 2045, sehingga membawa Indonesia mendekati ambang negara berpendapatan tinggi menurut Bank Dunia. Pada gilirannya, menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jawa, pulau terkaya dan terpadat.

Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mendorong menteri Bahlil memperkuat investasi melalui pembangunan smelter untuk menjawab kebutuhan hilirisasi sejumlah tambang di dalam negeri.

Menurut Fahmy, transformasi ekonomi menciptakan nilai tambah melalui hilirisasi industri harus secara konsisten digalakkan untuk menyambut Indonesia Emas 2045.

Oleh karena itu, ia menilai kebijakan pemerintah melarang ekspor bijih mentah nikel supaya fokus menggejot hilirisasi harus mendapatkan dukungan. Salahsatuya dari para pengusaha tambang untuk berinvestasi mendirikan smelter.

“Saat ini kebutuhan yang harus segera direalisasikan adalah tersedianya smelter dengan jumlah kapasitasnya itu memadai untuk mengolah tambang kita yang sedemikian besar. Nah investor didorong oleh pemerintah itu bisa dari para pengusaha tambang nikel, kalau selama ini dia gali kemudian dijual begitu ya maka dengan adanya larangan ekspor tadi dia dipaksa untuk membangun smelter,” ujar Fahmy dalam keterangannya pada Kamis, 2 Maret 2023.

“Masalahnya adalah kapasitas smelter untuk melakukan hilirisasi itu belum memadai oleh karena itu pemerintah harus mendorong terus dan Bahlil melakukan itu untuk melalui investasi agar hilirisasi tadi dapat berjalan sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan,” imbuhnya.

Fahmy menambahkan investasi itu juga bisa datang dari konsorsium beberapa perusahaan tambang untuk bersama-sama membangun smelter.

Dikatakan Fahmy, tinggal bagaimana pemerintah membuat kebijakan yang dapat menarik minat investor seperti halnya mempermudah perizinan dan memberikan sejumlah insentif.

“Selain itu, investor yang memang dia khusus investasi di bidang smelter tadi dan itu banyak jumlahnya. tugas Bahlil untuk menarik (investasi) bagi mereka salah satunya maka pemerintah harus memberikan kemudahan perizinan kemudian harus memberikan fiskal insentif sehingga profit dan ROI-nya investasi itu dapat sehingga ada suatu kepastian kapan dia harus kembali dan menurut saya itu sungguh prospektif karena pasarnya jelas ada,” paparnya.

“Karena kita melihat Indonesia memiliki tambang yang sangat besar, sehingga itu sebenarnya sudah menarik lalu kemudian pemerintah memberikan kemudahan dan insentif, maka saya yakin akan berbondong-bondong investor,” sambung Fahmy.

Di satu sisi, kata Fahmy, kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah mineral dan hilirisasi harus konsisten dilakukan karena membutuhkan waktu yang tidak singkat, meskipun mendapatkan gugatan dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pemimpin penerus Presiden Joko Widodo harus tetap mempertahankan kebijakan tersebut.

“Karena ini memang jangka panjang tidak bisa 5-10 tahun bahkan mungkin 15 tahun, nah oleh karena itu siapapun yang terpilih presiden khususnya untuk pengembangan ekosistem industri agar Indonesia menjadi negara modern itu harus dijaga dan benar-benar dikawal,” ucapnya.

Lanjut Fahmy, Indonesia berpotensi menjadi negara maju jika konsisten melakukan hilirisasi mendorong Indonesia dari negara berkembang menuju negara yang maju, yang tidak hanya mengandalkan tingkat konsumsi sebagai penopang ekonomi, namun melalui kontribusi industri hilirisasi.

“Kalau keterkaitan ekosistem industri yang sangat kompleks ini dapat berjalan dengan baik maka Indonesia akan menjadi negara modern karena apa, kontribusi pertumbuhan ekonomi itu disumbang terbesar dari industri bukan dari konsumsi,” tukas Fahmy.sinpo

Komentar: