Beredarnya Video Porno, DPR: Indonesia Lebih Liberal daripada Negara yang Liberal!

Oleh: Redaksi
Senin, 08 Januari 2018 | 12:17 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Jakarta, sinpo.id - Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia sempat dihebohkan dengan beredarnya video porno antara satu wanita dewasa dengan dua anak kecil. Hal tersebut menuai tanggapan keras dari pihak manapun.

Bahkan, Arteria Dahlan yang merupakan Anggota Komisi III DPR RI turut menanggapi hal tersebut. Dirinya pun mengaku prihatin dan mengutuk keras serta meminta para aparat untuk mengusut tuntas kejadian tersebut.

“Saya sangat prihatin atas beredarnya video tersebut, saya mengutuk keras dan meminta aparat penegak hukum khususnya Tim Cyber Mabes Polri untuk bekerja cepat dalam mengusut perkara, serta melakukan penegakan hukum secara serius dan tegas agar dijadikan pembelajaran ke depan,” ujar Arteria kepada sinpo.id melalui keterangan tertulisnya, Senin (8/1/2018).

Beliau melanjutkan, wajah Indonesia yang religius, berkebudayaan dengan penuh keberadaban sudah tercoreng. Hal tersebut terkesan tidak ada nilai etika dan moral bangsa, apalagi kejadian ini berlangsung ditengah giatnya upaya Pemerintah dalam program revolusi mental. 

Kejadian ini tidak bisa dipandang enteng. Dari dulu saya katakan, bahwa kita belum tuntas dalam merekonstruksi pornografi dan pornoaksi untuk menjabarkannya dalam materi muatan norma perundang-undangan untuk politik hukum negara.

“Dahulu sibuk berpolemik dengan berbagai teori demokrasi dan HAM, sehingga kita lupa issue-issue strategis yang hrs di highlight. Maka, saat ini masalah tersebut menjadi persoalan yang kompleks, rumit dan selalu menjadi polemik dalam penegakan hukumnnya,” lanjutnya.

Politisi PDIP ini memaparkan, kejadian tersebut namanya tragedi kemanusiaan. Indonesia yang dia ketahui merupakan suatu tatanan yang tidak hanya tatanan ketatanegaraan, melainkan penuh dengan balutan etika, moral dan sistem nilai yang tidak tertulis akan tetapi sudah terlembaga. Kejadian video porno yang dilakukan oleh orang dewasa memang pernah terjadi, akan tetapi lebih dikarenakan bukan kehendak pelaku, dan seperti itu saja sudah membuat heboh.

“Kayak begitu saja sudah membuat heboh dan sempat mendistorsi sistem nilai kita. Apalagi video mesum antara perempuan dan dua anak di bawah umur. Ini tidak dapat dianggap sebagai kejahatan pornografi dan pornoaksi yang sama. Derajat kejahatannya jauh lebih tinggi. Apalagi ada juru kamera atau foto, terkesan bahwa pelaku secara sadar berniat untuk melakukan perbuatan tersebut, dimana salah satu objeknya adalah dua anak di bawah umur,” kesalnya.

Arteria menuturkan, bahwa dimana lagi muka ke-Indonesiaan kita? Tidak hanya sebagai orang timur dengan balutan sistem moral yang luar biasa hebatnya, sebagaimana dikenal oleh bangsa lain seperti dahulu kala. Oleh karena itu, Tim Cyber Mabes Polri harus bekerja cepat, dan saya minta para pelaku di hukum yang seberat-beratnya.

“Saya minta Tim Cyber Mabes Polri bekerja cepat, ini bukanlah hal yang sulit. Bagi pelaku perempuan dewasa maupun juru kamera, saya minta dihukum yang seberat-beratnya, bahkan kalau perlu dihukum mati saja. Serta, saya minta kepada Dirjen Rehabilitasi Sosial kemensos untuk segera menangani anak yang terkena dampak sosial tersebut,” tuturnya.

Beliau mengatakan, bahwasanya bangsa ini ditengah “Kegentingan Moral” yang selama ini kita selalu dengan bangganya mendasarkan pada HAM. Seolah-olah perilaku seksual individu dianggap sebagai hak dasar warganegara tanpa mau melihat kebelakang akan jati diri bangsa dan nilai-nilai moral.

“Saya termasuk Anggota DPR yang tidak begitu banyak melakukam kunjungan ke luar negeri, akan tetapi saya telah sampai pada kesimpulan bahwa saat ini kita lebih liberal dibandingkan bangsa atau negara yang liberal dalam perspektif seksual. Saat ini Jakarta adalah salah satu surga dunia dalam urusan hiburan malam, segalanya ada, cenderung “Terproteksi oleh Hukum Negara” dan utamanya berbiaya murah. Letaknya pun tersebar secara masif bahkan dekat dengan Istana,” paparnya.

Terakhir, Arteria mengungkapkan kalau kejadian ini harus menjadi yang terakhir.

“Kejadian ini harus menjadi kejadian terakhir, negara harus hadir. Saya melihat kejadian-kejadian selama ini beserta perkara turunannya terjadi, karena kita selalu tidak pernah mau serius di dalam memperhatikan perlindungan terhadap hak-hak perempuan dan anak. Benar saat ini telah hadir Kementerian dan lembaga yang terkait, tetapi keberpihakan dalam politik anggaran tidak tercermin sebagai bentuk keseriusan,” pungkasnya.sinpo

Komentar: