Di Diskusi Seejontor FC, PSSI Ungkap Alasan Perubahan Format Liga 1

Laporan: Martahan Sohuturon
Kamis, 01 Juni 2023 | 11:11 WIB
Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali saat menjadi pembicara di acara diskusi yang digelar SeeJontor FC. (SinPo.id/Dok. SeeJontor FC)
Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali saat menjadi pembicara di acara diskusi yang digelar SeeJontor FC. (SinPo.id/Dok. SeeJontor FC)

SinPo.id - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) membeberkan alasan perubahan format kompetisi Liga 1 musim 2023-2024. Alasan itu diungkap Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali saat hadir di acara diskusi yang digelar SeeJontor FC dengan tema 'Liga Indonesia 2023/2024, Untung Rugi Format Baru' di salah satu kafe di Jakarta Selatan pada Rabu, 31 Mei 2023.

Perbedaan yang cukup signifikan bakal hadir di kasta tertinggi sepak bola Indonesia di musim 2023-2024. Salah satunya, sistem play-off yang diikuti tim peringkat pertama hingga keempat untuk menentukan juara. Rencananya, tim peringkat pertama akan bertanding melawan tim urutan keempat, kemudian posisi kedua lawan tim urutan ketiga. Pemenang dari masing-masing laga yang digelar dua leg dengan sistem kandang dan tandang itu akan diadu dalam final play-off untuk menentukan juara.

Amali berkata, perubahan format kompetisi dan aturan turunan lainnya bertujuan untuk menjadikan tim nasional lebih berkualitas. Perubahan ini pun diharapkan bisa mencegah potensi gesekan antara kepentingan tim nasional dengan klub.

"Begini, tujuan dari kompetisi itu agar kita bisa mendapatkan tim nasional yang tangguh. Sebelumnya di beberapa kesempatan ada tarik-tarikan antara klub dan timnas. Jadi oleh pak Erick Thohir dipikirkan supaya tidak ada benturan yang terlalu tajam antara kepentingan klub dan tim nasional," ujar Amali.

Deputi CEO PT Persib Bandung Bermartabat, Teddy Tjahjono, merespons positif rencana PSSI itu.

"Akhirnya bahwa tercetus format kompetisi yang seperti sekarang, ditambah dengan format Championship dengan empat besar. Pasti secara penglihatan publik akan ada pro-kontra. Pasti di luar sistem kompetisi pasti tahu akan ada kontranya," ucap Teddy.

"Tetapi kiga juga harus melihat sisi yang lain dari adanya format ini. Bahwa dengan adanya empat besar, artinya juara belum ketahuan sampai dengan babak championship selesai. Kayak musim lalu kan pekan ke-32 kan sudah ketahuan. Kami sih dari mayoritas 18 melihat ini suatu terobosan yang menarik yang bisa membuat sepak bola sebagai industri, tapi akan mempunyai nilai-nilai yang tinggi."

"Yang terbayang oleh kita dan teman-teman pasti akan ada nilai tambah tadi (pembagian subsidi komersial ke klub). PT LIB juga menjelaskan proyeksi ke depan dengan adanya format baru ini bahwa proyeksi ke depan dengan adanya format baru ini memang akan ada kontribusi tetap dan kontribusi variabel berdasarkan rating dan ranking (siaran tv)," tutur Teddy.

Senada, mantan COO PT Liga Indonesia Baru (LIB)  Tigor Shalomboboy menyatakan bahwa format baru itu bisa membantu klub-klub di Liga 2 untuk mempersiapkan diri lebih baik, sebelum mendapatkan kesempatan promosi ke Liga 1.

"Kalau bicara pengalaman Liga 1 dan Liga 2 kita melihat jumlah tim yang kompetitif. Karena salah satu komponen kompetisi dibilang bagus itu adalah dinamis dan tak bisa ditebak siapa yang jadi juara. Kita me-race kualitas dari klub itu sendiri. Karena kalau klubnya kualitasnya bagus otomatis kompetisinya juga bagus," kata Tigor.

"Liga 1 idealnya memang 18 sampai 20 klub, Liga 2 20 sampai 22 klub itu idealnya, tapi kita harus menyetarakan. Di jaman saya waktu itu kita menganaktirikan Liga 2 karena enggak menghasilkan apa-apa. Tapi kita lupa bahwa ada tiga klub yang naik ke Liga 1. Begitu naik ke Liga 1 gelagapan mereka."

"Saya dengar PSSI juga akan lisensi untuk Liga 2, itu hal yang bagus, sangat bagus asal konsisten. Itu yang menentukan klub yang bisa ikut di Liga 1, itu juga bisa dilakukan di Liga 2," Tigor menambahkan.

Meski format baru kompetisi liga musim depan mendapatkan banyak sambutan positif, namun salah satu klub Liga 2 yakni Persiba Balikpapan yang diwakili CEO mereka Gede Widiade berharap adanya perhatian yang lebih dari federasi untuk para tim Liga 2.

"Kalau kita ngomong Liga 1 enak, enak semua. Waktu saya di Liga 1 ngomong apa saja enak. Memang Liga 2 ini pelengkap, jadi kalau tokoh utamanya Liga 1, Liga 2 ini figuran, dan itu yang tidak disadari oleh teman-teman di federasi (PSSI)," ucap Gede.

"Sekarang mau di model apa pun, tadi dengan model sistem kompetisi yang mau diubah apapun. Jadwalnya diperpanjang, jumlah pertandingannya diperpanjang, bagi Liga 1 manis, bagi PSSI manis, bagi pasar manis semua. Tapi bagi Liga 2, diperpanjang ngos-ngosan mati di tengah jalan."

"Saya sangat berharap bahwa ke depan ini pasti bagus. Jadi dieranya pak Erick Thohir yang potensi bisnisnya bagus, ada kompetisi lagi yang lebih liar lagi (Liga 2)," ungkapnya.

Tak hanya itu, format baru kompetisi musim depan pun menurut pengamat sepak bola Yusuf Kurniawan masih perlu adanya penambahan. Salah satunya format wilayah yang sempat diterapkan di Liga 1 musim 2007 lalu.

Format wilayah tersebut menurut Bung Yuke bisa menekan biaya operasional klub selama mengarungi kompetisi satu musim penuh.

"Kalau kompetisi ini dibagi dengan wilayah maka mereka bisa cut cost untuk traveling, konsumsi, banyak yang mereka bisa cut. Buat tv juga senang karena piramidanya juga jalan kanan-kiri, sampai ke puncaknya benar-benar klimaks," kata Bung Yuke.

"Kita lihat dulu kan Liga 1 pakai wilayah itu kan seru. Babak 8-besar baru lah digelar di Senayan. Saya kira banyak elemen yang diuntungkan dan lebih diuntungkan dengan format itu," pungkasnya.

Diskusi SeeJontor FC bertema 'Liga Indonesia 2023/2024, Untung Rugi Format Baru Kompetis' ini terselenggara atas dukungan sejumlah sponsor yang terlibat, antara lain Bank BRI, Bank BTN, Bank BJB, PT PLN (Persero), PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII), serta sejumlah sponsor pendukung yakni MILLS, Odette, Gulent, dan SeeJontor.sinpo

Komentar: