Juli Diprediksi Jadi Bulan Terpanas di Sebagian Wilayah Bumi

Laporan: Galuh Ratnatika
Minggu, 23 Juli 2023 | 10:38 WIB
Ilustrasi serangan panas (SinPo.id/ AP)
Ilustrasi serangan panas (SinPo.id/ AP)

SinPo.id - Direktur Institut Studi Antariksa Goddard NASA, Gavin Schmidt, memprediksi bulan Juli akan menjadi bulan terpanas di bumi dalam ratusan bahkan ribuan tahun. Pasalnya, gelombanh panas terus menerus membakar sejumlah wilayah di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Schmidt menyampaikan pengumuman tersebut dalam pertemuan di markas besar Nasa di Washington di hadapan sejumlah pakar iklim dan pimpinan Nasa lainnya, termasuk Administrator NASA, Bill Nelson, serta Kepala Ilmuwan dan Penasihat Iklim Senior, Kate Calvin.

Pertemuan itu dilakukan di tengah krisis iklim yang telah menyebabkan bencana di sejumlah wilayah. Seperti banjir mematikan yang melanda New England, kebakaran hutan Kanada yang menciptakan polusi di beberapa kota AS, dan suhu panas yang membuat banyak orang sakit.

“Kami melihat perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia. Meskipun perubahan itu mungkin terasa mengejutkan, tapi itu bukan kejutan bagi para ilmuwan," kata Schmidt, dilansir sari The Guardian, Minggu 23 Juli 2023.

Menurutnya, tahun 2023 merupakan tahun terpanas dalam catatan. Namun, para ilmuwan mencoba untuk mengantisipasi meningkatnya suhu di tahun 2024, karena pola cuaca El Nino cenderung dapat meningkatkan suhu global.

Dalam pertemuan tersebut, para ahli juga memperingatkan tentang perubahan yang dialami Bumi dan mengatakan bahwa perubahan tersebut berkaitan langsung dengan emisi gas rumah kaca, meskipun mereka tidak menyebutkan sumber dari sebagian besar emisi tersebut berasal dari bahan bakar fosil.

“Apa yang kita ketahui dari sains adalah bahwa aktivitas manusia dan terutama emisi gas rumah kaca tidak dapat dihindari, sehingga menyebabkan pemanasan yang kita lihat di planet kita. Ini berdampak pada manusia dan ekosistem di seluruh dunia," kata Calvin menambahkan.

Seperti diketahui, gelombang panas dengan suhu yang terus meningkat, telah melanda sebagian besar wilayah Eropa dan Amerika Serikat (AS). Menanggapi hal itu, Organisasi Meteorologi Dunia mengeluarkan peringatan tentang adanya peningkatan risiko kematian akibat suhu yang terlalu tinggi. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI