Kehabisan Bahan Bakar dan Obat-Obatan, Dua RS di Gaza Tak Lagi Beroperasi

Laporan: Galuh Ratnatika
Senin, 13 November 2023 | 09:46 WIB
Para bayi yang baru lahir dihangatkan tanpa menggunakan inkubator di RS Al-Shifa (Sinpo.id/Reuters)
Para bayi yang baru lahir dihangatkan tanpa menggunakan inkubator di RS Al-Shifa (Sinpo.id/Reuters)

SinPo.id -  Dua rumah sakit besar di Gaza, yakni Al Shifa dan Al-Quds, terpaksa ditutup untuk pasien baru karena tidak dapat lagi beroperasi. Hal itu dikarenakan kurangnya bahan bakar dan obat-obatan, ditambah serangan Israel yang terus menargetkan fasilitas kesehatan dan merusak sebagian rumah sakit.

Terlebih kedua rumah sakit di wilayah utara tersebut juga diblokade oleh pasukan Israel dengan alasan memburu kelompok Hamas. Sehingga pasien yang membutuhkan perawatan tidak dapat dievakuasi, karena pasukan Israel telah siaga di sejumlah bangunan dekat rumah sakit, untuk menembak siapa saja yang keluar dari sana.

Seorang dokter di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis di Gaza selatan, Mohammad Qandil, mengkonfirmasi bahwa rekan-rekannya di Al Shifa sedang menghadapi kesulitan akibat dari situasi yang mengerikan. Menurutnya, Al Shifa saat ini berada di luar jangkauan, dan tidak dapat lagi menampung pasien baru.

“RS Shifa sekarang tidak berfungsi, tidak ada yang boleh masuk, tidak ada yang boleh keluar,” kata Qandil, dilansir dari Reuters, Senin 13 November 2023.

Selain Shifa, RS Al-Quds saat ini juga tidak lagi dapat berfungsi karena stafnya berjuang untuk merawat mereka yang sudah berada di sana dengan sedikit obat-obatan, makanan dan air.

“Rumah Sakit Al Quds telah terputus dari dunia dalam enam hingga tujuh hari terakhir. Tidak ada jalan masuk, tidak ada jalan keluar,” kata Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah berhasil memulihkan komunikasi dengan para tim medis di RS Al Shifa. Menurut Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, situasi di lingkungan rumah sakit sangat mengerikan dan berbahaya, karena tembakan dan pemboman yang terus-menerus dilakukan oleh pasukan Israel.

"Tragisnya lagi, jumlah kematian pasien meningkat secara signifikan. Namun rumah sakit tersebut tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit," kata Ghebreyesus dalam postingan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Seorang ahli bedah plastik di RS Al Shifa, Dr Ahmed El Mokhallalati, mengatakan pemboman gedung inkubator juga telah membuat tiga bayi meninggal, dan tim medis terpaksa menjajarkan bayi prematur di tempat tidur biasa, menggunakan sedikit daya yang tersedia untuk menghangatkan mereka. Namun ia juga mengatakan sulit untuk membuat bayi-bayi tersebut bertahan.

Tiga badan PBB bahkan mencatat setidaknya terdapat 137 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza, yang mengakibatkan 521 kematian dan 686 orang luka-luka. Termasuk di antaranya 16 petugas medis yang tewas dan 38 petugas medis terluka.

“Dunia tidak bisa tinggal diam ketika rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan,” kata PBB, seraya menyatakan setengah dari rumah sakit di Gaza kini ditutup.sinpo

Komentar: