Israel Tutup Paksa Kantor Berita Al Jazeera di Yerusalem karena Terlalu Kritis

Laporan: Galuh Ratnatika
Senin, 06 Mei 2024 | 09:09 WIB
Polisi Israel menggerebek sebuah kamar hotel yang digunakan oleh stasiun TV milik Qatar, Al Jazeera. (SinPo.id/The Times of Israel)
Polisi Israel menggerebek sebuah kamar hotel yang digunakan oleh stasiun TV milik Qatar, Al Jazeera. (SinPo.id/The Times of Israel)

SinPo.id - Seorang pejabat Israel mengatakan, pihak kepolisian Israel telah menggerebek sebuah kamar hotel yang digunakan oleh stasiun TV milik Qatar, Al Jazeera, setelah pemerintah Israel memutuskan untuk menutup kantor berita tersebut secara permanen di Yerusalem.

Pasalnya, Al Jazeera dinilai sangat kritis terhadap operasi militer Israel di Gaza, dimana mereka melaporkannya sepanjang waktu selama perang.

Dari video yang diposting di platform media sosial X, menunjukkan petugas berpakaian preman terlihat menurunkan peralatan kamera di kamar hotel di Yerusalem timur yang saat itu tengah disiapkan untuk operasi penyiaran.

“Setelah berdiskusi dengan Kabinet Keamanan dan berdasarkan arahan saya, hari ini Pemerintah membahas penutupan siaran Al Jazeera di Israel," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, saat mengumumkan keputusannya. Dilansir dari VoA, Senin 6 Mei 2024.

Penutupan operasi jaringan tersebut disepakati oleh seluruh kabinet dan ditandatangani oleh Menteri Komunikasi Israel, Shlomo Karhi, dengan alasan bahwa Al Jazeera telah mengancam keamanan nasional.

“Kami akan segera mengambil tindakan terhadap mereka yang menggunakan kebebasan pers untuk membahayakan keamanan Israel dan tentara IDF serta menghasut terorisme di saat perang. Tidak akan ada kebebasan berekspresi bagi juru bicara Hamas di Israel. Al Jazeera akan ditutup segera, dan peralatannya akan disita,” lanjutnya.

Namun, Al Jazeera menyebut tindakan tersebut sebagai tindakan kriminal yang melanggar hak asasi manusia dan hak dasar untuk mengakses informasi, dan tuduhan Israel terhadap Al Jazeera yang disebut mengancam keamanan, merupakan kebohongan yang berbahaya.

Al Jazeera menegaskan haknya untuk terus menyediakan berita dan informasi kepada khalayak global, dan menambahkan pihaknya berhak mengambil setiap langkah hukum. 

Kantor Hak Asasi Manusia PBB juga mengkritik dan menyesali keputusan Netanyahu untuk menutip kantor Al Jazeera di Yerusalem timur. Mereka juga mendesak pemerintah Israel untuk membatalkan penutupan tersebut.

"Media yang bebas dan independen sangat penting untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas. Sekarang, terlebih lagi mengingat adanya pembatasan ketat terhadap pemberitaan dari Gaza. Padahal berekspresi adalah hak asasi manusia yang utama," katanya.

Selain itu, Direktur Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) di New York, Carlos Martinez de la Serna, juga turut mengecam keputusan Kabinet Israel untuk menutup Al Jazeera. Menurutnya, membatasi media internasional yang bekerja di Israel, dapat menjadi preseden yang sangat mengkhawatirkan.

“Kabinet Israel harus mengizinkan Al-Jazeera dan semua media internasional beroperasi secara bebas di Israel, terutama di masa perang,” tegasnya.

Bulan lalu, jaringan milik Qatar tersebut juga mengeluhkan serangkaian serangan sistematis Israel untuk membungkam Al Jazeera, dan mengatakan bahwa Israel sengaja menargetkan dan membunuh beberapa jurnalisnya, termasuk Samer Abu Daqqa dan Hamza AlDahdooh, keduanya tewas di Gaza selama konflik tersebut.sinpo

Komentar: