BPIP Ingatkan Peran Penting Anak Muda Merawat Kemajemukan

Laporan: Tisa
Selasa, 01 Desember 2020 | 15:53 WIB
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo (Foto: Humas BPIP)
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo (Foto: Humas BPIP)

sinpo, JAKARTA - Badan Peminaan Ideologi Pancasila (BPIP) kembali menggelar Seminar Nasional, Selasa (1/12/2020).

Adapun seminar kali ini mengangkat tema “Pengamalan Nilai-nilai Pancasila: Peran Generasi Muda dalam Menjaga serta Merawat Kerukunan Umat Beragama di Indonesia”.

Seminar yang bekerjasama dengan Badan Eksekutif Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) ini, dihadiri oleh Kepala BPIP Yudian Wahyudi. 

Dalam Sambutannya Yudian Menjelaskan bahwa bangsa ini terdiri dari berbagai perbedaan suku, budaya, agama dan lainnya oleh karena itu kita harus berbagi.

“Bangsa ini terdiri dari bebagai suku budaya dan agama. Maka, kita harus sharing atau berbagi karena walaupun berbeda, kita semua mempunyi kesamaan yang disebut Bhinneka Tunggal Ika,” jelasnya.

Selain itu, dirinya menjelaskan bahwa masyarakat harus bermoderasi dalam tindakan agar Pancasila tetap terjaga.

“Harus moderasi dengan tindakan dan prilaku yang benar karena dengan itu Pancasila bisa bertahan. Kunci dari moderasi adalah konsesus,” lanjutnya.

Sementara itu, Presiden Mahasiswa BEM KM UGM Tahun 2020, M. Sulthan Faras hadir sebagai salah satu pembicara dalam acara ini mengungkapkan, dirinya memercayai tidak agama yang mengajarkan kekerasan.

“Saya percaya dan meyakini bahwa tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dalam bentuk apapun baik perkataan maupun perbuatan,” ujar Sulthan.

Lebih jauh, ia mengatakan bahwa selama hidup sebagai umat beragama, maka toleransi senantiasa diajarkam di dalamnya.

“Dalam setiap agama diajarkan toleransi didalamnya yang merupakan nilai hakiki," imbuhnya.

Turut hadir dalam kesempatan ini, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo.

Dalam penjelasanya, pria yang akrab disapa Romo Benny ini menekankan, dalam era digital masalah keragaman ini menjadi salah satu masalah utama. 

“Dalam era digital masalah kemajemukan ini menjadi salah satu masalah utama yang sering muncul dan harus menjadi perhatian,” jelasnya.

Padahal Benny menjelaskan seharusnya bangsa Indonesia yang memiliki modal sosial, budaya, dan ekonomi dapat berdampingan dengan perbedaan ini. 

Akan tetapi, ada satu modal yang sangatlah penting dalam menyatukan keberagaman yaitu modal simbolik atau Pancasila.

“Modal simbolik adalah modal penting dalam kehidupan berbangsa bernegara karena dengan modal inilah dapat menyatukan segala jenis perbedaan yang ada dan justru menjadi kekuatan,” tegasnya.

Kehidupan berbangsa juga diancam dengan radikalisme. Hal ini seperti sikap memaksa kebenaran absolut dalam tafsir tunggal.

"Memaksakan kebeneran satu pihak dan yang lain salah ini harus dilawan dengan keyakinan ideologi Pancasila," ucapnya.

“Radikalisme adalah ancaman yang memaksakan kebenaran absolut dalam tafsir tunggal yang memaksakan kebenaran dirinya serta yang lain salah. Ini harus dilawan dengan kayakinan yaitu ideologi Pancasila,” tegasnya.

Selanjutnya, Benny menambahkan bahwa radikalisme saat ini mudah menjamur melalui media sosial yang menjadi tempat banyaknya masyarakat yang kehilangan budaya kritis.

"Banyak yang mengkonsumsi semua infomasi salah yang masuk tanpa filtrasi," ucap Benny.

Radikalisme dan Terorisme, kata dia, mampu diselesaikan jika ada sinergi dari semua elemen bangsa untuk memeranginya. 

Selain itu, Benny menambahkan generasi muda harus ikut berjuang dalam melawan permasalahan ini dengan menggunakan kemajuan digital dengan merebut ruang publik yang menampilkan persatuan dan keberagaman.

“Kita harus bersama-sama melawan radikalisme. Bisa menggunakan kemajuan teknologi untuk merebut ruang publik dan memasukan konten kebersamaan, persatuan, dan lainnya,” jelasnya.

Kedepanny Benny berharap agar generasi muda dapat mempunyai semangat yang sama atau bahkan lebih besar dari generasi muda masa perjuangan kemerdekaan.

"Generasi muda harus mempunyai semangat yang sama bahkan lebih dari generasi 28 dahulu yang bisa menyatukan bangsa ini dengan segala perbedaan," pungkasnya.sinpo

Komentar: