Kunjungan ke Kairo, Wapres Ziarah ke Makam Penulis KItab Al Hikam

Laporan: Sinpo
Minggu, 06 November 2022 | 03:55 WIB
Wapres Ma'ruf Amin saat ziarah ke makam Syekh Ibnu Athaillah/ wapresri
Wapres Ma'ruf Amin saat ziarah ke makam Syekh Ibnu Athaillah/ wapresri

SinPo.id - Saat di Kairo, Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin beserta Wury Ma’ruf Amin menyempatkan diri melakukan ziarah ke makam Syekh Ibnu Athaillah, Sabtu 5 November 2022. Syekh Ibnu Athaillah merupakan penulis kitab Al Hikam yang cukup masyhur di kalangan ulama dan santri.

Sebagaimana diketahui, Ma'ruf kerap mengutip perkataan dari Ibnu Athaillah. Salah satunya saat memberikan arahan pada Milad Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke-47 di Hotel Sultan Jakarta, Ma'ruf mengutip pendapat Ibnu Athaillah bahwa segala perbedaan atau kebhinekaan di dunia ini tidak perlu menjadi kekhawatiran, tetapi yang perlu dikhawatirkan adalah dorongan hawa nafsu yang tidak terkendali. Adapun relevansinya dengan kehidupan berbangsa adalah tidak boleh ada ego kelompok yang dapat merusak persatuan.

Sebagai informasi, Ibnu Athaillah merupakan seorang sufi terkemuka di dunia yang mempunyai nama lengkap Syekh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Athaillah As-Sakandari. Ia lahir di Iskandariah (Mesir) pada 648 H/1250 M, dan wafat di Kairo pada 709 H/1309 M. Julukan As-Sakandari merujuk kota kelahirannya, Iskandariah.

Keluarga Ibnu Athaillah adalah keluarga yang terdidik dalam lingkungan agama, kakek dari jalur nasab ayahnya adalah seorang ulama fikih pada masanya. Ibnu Athaillah hidup di Mesir di masa kekuasaan Dinasti Mameluk.

Sejak kecil, Ibnu Athaillah dikenal gemar belajar. Ia menimba ilmu dari beberapa syekh secara bertahap. Gurunya yang paling dekat adalah Abu Al Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri tarikat Al Syadzili.

Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus tokoh tarikat Al-Syadzili.

Ajaran tasawuf yang tertanam pada diri Ibnu Athaillah banyak diperoleh setelah beliau mengamalkan ilmu agama yang dimilikinya, dengan seringnya bertemu dengan para sufi yang pada akhirnya dapat mengubah pola hidupnya dan mengikuti kehidupan para sufi, diantara guru-gurunya adalah Syekh Abul Abbas al Mursi, Nadruddin al Munir, Syarafuddin al Dimyati, Al Muhyil al Mazani, Syamsuddin al Asfaham.

Setelah Ibnu Athaillah mempunyai dasar agama yang kuat dan sudah memperoleh ajaran tasawuf dari para gurunya tersebut, kemudian beliau pindah ke Kairo Mesir dan mengajar tasawuf-tasawuf kepada murid-muridnya di Universitas Al Azhar. Di antara murid-muridnya ada yang menjadi ulama terkenal seperti Imam Taqiyyuddin al Subki, Abu Abbas Ahmad bin Malik dan Daud bin Bahla.sinpo

Komentar: