Kuartal IV 2022, Menkeu Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sedikit Melambat

Laporan: Sinpo
Jumat, 11 November 2022 | 05:38 WIB
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Foto: Sino.id/Galuh
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Foto: Sino.id/Galuh

SinPo.id -  Pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat 2022 akan sedikit melambat bila dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi perlambatan ekonomi itu tak lepas dari siklus di akhir tahun selama ini. 

Sebagai gambaran, pada kuartal keempat tahun lalu, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,02 persen (yoy). Pencapaian itu setelah pada kuartal sebelumnya, ekonomi tumbuh 3,51 persen (yoy).

"Perkiraan ini terutama mempertimbangkan siklus perekonomian yang biasanya melambat di akhir tahun, serta high base-effect pada triwulan IV-2021," kata dia, dalam keterangannya pada Kamis 10 November 2022. 

BPS telah mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini sebesar 5,72 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). 

Lebih jauh, Sri Mulyani optimistis untuk keseluruhan tahun 2022, pertumbuhan ekonomi bisa berada di rentang 5-5,3 persen yoy. Angka tersebut naik tipis dari prediksi sebelumnya di level 5,2 persen (yoy). Keyakinan tersebut didasarkan pada sejumlah landasan objektif seperti penguatan berbagai indikator ekonomi makro dan implementasi berbagai kebijakan yang cukup efektif untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Selain itu, kata Sri Mulyani, pemerintah terus berupaya mengelola APBN dengan baik, responsif, dan efektif sebagai instrumen countercyclical sekaligus peredam gejolak. 

"Sehingga keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional dapat terus dijaga," ujarnya.

Pemerintah juga melakukan intervensi kebijakan baik dari sisi pasokan melalui berbagai insentif fiskal dan dukungan pembiayaan, bersinergi dengan otoritas moneter dan sektor keuangan, maupun dari sisi permintaan untuk mendukung daya beli masyarakat. Hal ini dilakukan baik dalam bentuk berbagai program bantuan sosial atau bansos, subsidi maupun pengendalian inflasi.

Di tengah optimisme pemulihan ekonomi, menurut bendahara negara tersebut, meningkatnya risiko ketidakpastian serta pelemahan prospek pertumbuhan global akibat konflik geopolitik perlu terus diantisipasi.

Salah satunya adalah Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur global yang mulai berada pada zona kontraksi dalam dua bulan terakhir.

Selain itu, masih ada tekanan inflasi global yang berkepanjangan, khususnya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, yang akan memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif yang berpotensi menimbulkan guncangan di pasar keuangan, khususnya di negara berkembang.

"Aliran modal ke luar meningkat dan menimbulkan tekanan besar pada nilai tukar lokal sebagaimana kita saksikan belakangan ini," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.

Sementara itu, Sri Mulyani menyebutkan optimisme hadir dari pencapaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini yang mencerminkan terus menguatnya pemulihan ekonomi nasional di tengah peningkatan ketidakpastian prospek ekonomi global.sinpo

Komentar: