Penembakan di Kantor MUI

Wakil Nabi Berulah di Kantor Majelis Ulama

Laporan: Tim Redaksi
Sabtu, 06 Mei 2023 | 07:00 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)

Mustofa sejauh ini diidentifikasi sebagai aktor kepentingan melihat kecakapan sebagai penembak, jejak rekening yang berisi dana ratusan juta, hingga jejak digital afiliasi bersama sejumlah oknum.

SinPo.id -  Seorang pria berbaju kotak-kotak belakangan bernama Mustofa berusia 60 tahun berulah di kantor majelis ulama Indonesia atau MUI  di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat pada Selasa 2 Mei 2023 sekitar pukul pukul 11.24 WIB. Ia menembak yang mengenai pintu kaca belakang kantor MUI serta melukai petugas keamaanan.

"(Penembakan) saat kami, dewan pimpinan MUI, sedang rapat pimpinan MUI. Ini adalah rapat perdana setelah jeda Idul Fitri," kata Ketua Bidang Fatwa MUI Asrorun Ni'am Sholeh.

Mustofa yang sempat ditahan petugas keamanan meninggal dunia saat dibawa ke Puskesmas Menteng.  Hal itu berdasarkan pengakuan Koordinator pelayananan 24 jam Puskesmas Menteng, Dera Yudiana.

"Setelah pemeriksaan dan mendapatkan hasil, bahwa pelaku sudah dalam keadaan meninggal dunia pada saat datang ke Puskesmas," kata Dera Yudiana.

Kematian Mustofa itu masih menjadi tanya, termasuk menjadi penghambat bagi publik yang ingin mengetahui motif penembakan di kantor mejelis itu. Namun tim dokter Forensik RS Polri Kramatjati, Afriani Ika Kusumawati memastikan penyebab kematian Mustofa akibat serangan jantung. Meski Afriani menyebut hasil autopsi ditemukan sejumlah luka di bagian tubuh, namun luka itu bukan penyebab kematiannya.

"Kami dari tim dokter Forensik itu menyimpulkan bahwa korban ini memang mati karena serangan jantung," kata Afriani di Mapolda Metro Jaya, Jumat, 5 Mei 2023.

Dia mengungkapkan, Mustofa juga terdeteksi memiliki penyakit infeksi pada paru-parunya. Hal ini dapat memperberat serangan jantung tersebut. "Kami menemukan adanya gambaran infeksi penyakit infeksi pada paru dan ada gambaran serangan jantung," kata Afriani.

Menguak Kejanggalan

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Ikhsan Abdullah mengatakan, lembaganya telah membentuk tim khusus sebagai tindak lanjut di kalangan internal kelembagaan.

Tim khusus itu beranggotakan sembilan orang yang merupakan pengurus aktif di MUI, mulai dari wakil ketua umum (waketum), ketua-ketua bidang, hingga anggota pengurus lainnya. "(Tim khusus) Ini diketuai langsung oleh Ketua MUI Bidang Hukum dan HAM Prof. Noor Achmad," kata Ikhsan.

MUI terus menganalisa karakteristik psikologis atau profiling terhadap pelaku penembakan yang teridentifikasi bernama Mustafa asal Lampung. Selain itu, lembaganya juga menginvestigasi terhadap sejumlah kejanggalan terkait aksi penembakan tersebut.

Dia menyoroti kematian Mustofa secara tiba-tiba. Padahal, beberapa saksi menyebut pelaku ketika dibekuk masih dalam kondisi sehat bugar. "Ini kami berharap kepada dokter yang melakukan visum bisa mengungkap kematian pelaku," kata Ikhsan menjelaskan.

Kejanggalan lain yang disoroti Ikhsan adalah terkait laporan yang menyebut pelaku sebenarnya sudah sejak lama mengirim surat ke Polda Metro Jaya. Isi suratnya, kata dia, mengandung teror dan ancaman kepada lembaga negara dan MUI.

'Tapi sejauh ini kan belum ada tindakan preventif terkait hal ini," katanya.

Ikhsan pun membantah asumsi publik bahwa aksi tersebut terjadi karena pelaku dalam kondisi gangguan jiwa.

Menurut Ikhsan, pelaku sejauh ini diidentifikasi sebagai aktor kepentingan melihat kecakapan pelaku sebagai penembak, jejak rekening yang berisi dana ratusan juta, hingga jejak digital afiliasi bersama sejumlah oknum.

"Dia tidak berdiri sendiri, dia merupakan bagian dari aktor. Ini kami berangkat dari sejumlah temuan yang terus kami dalami," kata Ikhsan menegaskan

Motif penembakan Mustofa di kantor majelis mulai terungkap usia polisi menyelidiki awal. Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi mengatakan, Mustofa ingin mendapat pengakuan sebagai wakil nabi menjadi motif sementara penembakan. “Memang dari alat bukti yang ada tulisan-tulisan yang pertama motif sementara bahwa yang bersangkutan ingin mendapat pengakuan sebagai wakil nabi,” kata Hengki.

Motif itu berdasarkan sejumlah surat yang ditinggalkan pelaku. Salah satunya tertulis yang bersangkutan berdasarkan hadits di akhir zaman ada 73 golongan dalam Islam dan hanya satu golongan yang diakui.  “Dan itu adalah saya sebagai wakil Tuhan,” ucap Hengki menirukan bunyi surat tersebut.

Niat jahat dari pelaku penembakan sudah ada sejak tahun 2018 ketika dirinya tak diakui sebagai wakil nabi sehingga mengancam tindak kekerasan. Surat itu menyatakan yang bersangkutan akan bertindak kekerasan terhadap pejabat-pejabat negeri dan juga MUI dengan mencari senjata api.

Hengki memastikan Mustofa tidak memiliki kaitan dengan kelompok terorisme di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan koordinasi pendalaman dengan Detasemen Khusus (Densus) 88. "Kami sudah koordinasi dengan Detasemen Khusus 88 hasil penyelidikan Densus bahwa tersangka ini tidak termasuk jaringan teror," kata Hengki menjelaskan.

Tercatat polisi telah menangkap tiga orang terkait senjata yang digunakan Mustofa. Menurut Hengki, ketiga orang tersebut sedang diperiksa secara intensif. "Terhadap Senjata, ini deliknya berbeda, kami sudang amankan tiga orang," ujar Hengki.

Dalam waktu dekat ketiga orang tersebut akan ditetapkan sebagai tersangka kasus jual beli senjata. Namun Hengki  menyatakan ketiganya tidak terkait kasus penembakan kantor MUI yang dilakukan Mustopa. "Sekarang dalam pemeriksaan, dan dalam waktu dekat akan kita tingkatkan sebagai tersangka," katanya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan masih menganalisa senjata itu di laboratorium forensik.

"Masih kita lakukan pendalaman ditambahkan dengan forensik di laboratorium forensik ini akan dilakukan analisis," ujar Trunoyudo.

Senjata airsoft gun akan menjadi bahan penyelidikan, menyangkut izin penggunaannya. Sedangkan tindakan Mustofa, menurut Trunoyudo, tidak dikategorikan Lone Wolf atau mereka yang melakukan aksi terorisme seorang diri. Hal itu didasari hasil dari penyelidikan yang dilakukan Detasemen Khusus (Densus) 88.

"Kami sampaikan (Pelaku) tidak dikategorikan lone wolf atau istilah yang sering digunakan dalam dunia teroris," ujar Trunoyudo.

Ada Upaya Merusak Stabilitas Politik

Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni menduga penembakan di kantor MUI) sebagai upaya merusak stabilitas politik dan keamanan negara. “Apakah ada oknum-oknum yang sengaja ingin merusak stabilitas politik dan keamanan. Ini sangat-sangat berbahaya," kata Sahroni.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengimbau seluruh masyarakat untuk selalu waspada di manapun berada, baik di sekitar objek vital maupun dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

“Kewaspadaan harus terus, bukan hanya karena kebetulan ada peristiwa kemarin (penembakan di Kantor MUI), tapi memang kita harus mengantisipasi kemungkinan itu (terjadinya tindakan anarkis/berbahaya),” ujar Ma’ruf.

Ma'ruf mengakui jelang tahun politik, keberadaan objek-objek vital seperti kantor pemerintahan, lembaga agama, dan rumah ibadah memiliki potensi tinggi sebagai incaran para pelaku anarkisme tak bertanggung jawab.

“Karena itu dari pihak keamanan, memang supaya harus tetap mewaspadai dan masyarakat sendiri (juga waspada),” kata Ma’ruf menegaskan.

Menurut Ma’ruf, kewaspadaan masyarakat dan pengamanan harus diperkuat agar tidak terjadi lagi hal-hal yang membahayakan seperti penembakan di kantor MUI.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Diah Pitaloka, meminta masyarakat tidak terprovokasi oleh pihak-pihak tertentu terkait insiden penembakan di kantor MUI pusat. insiden tersebut justru dapat menjadi momentum para ulama untuk menjaga persatuan di masyarakat.

"Nah ini yang harus kita sama-sama jaga, jangan saling provokasi. Kalau bisa, kepemimpinan para ulama kita itu memang inilah yang menjadi kunci juga salah satunya, kunci persatuan," kata Diah.

Menurut Diah, masyarakat Indonesia sudah cukup cerdas dalam mendengar, melihat, mengikuti dan menyikapi setiap isu dan peristiwa yang terjadi. Karena masyarakat tidak merespon peristiwa tersebut ke arah politik.

"Dinamika politiknya ada di ruang lain gitu. Tapi saya sebagai yang ada di Komisi Agama DPR RI, saya melihat betapa pentingnya, atau betapa di depannya peran ulama di Indonesia," kata Diah menjelaskan.sinpo

Komentar: