POLUSI CAHAYA

Ilmuwan Sebut Polusi Cahaya akan Jadi Kutukan Zaman Modern

Laporan: Galuh Ratnatika
Minggu, 28 Mei 2023 | 09:13 WIB
Ilustrasi langit malam (SinPo.id/ Getty Images)
Ilustrasi langit malam (SinPo.id/ Getty Images)

SinPo.id - Para ilmuwan menyebut bahwa polusi cahaya dapat menjadi kutukan zaman modern. Polusi cahaya akan membuat manusia tak lagi dapat melihat bintang, meteorit, atau galaksi Bima Sakti yang pernah berkilauan di langit.

Terlebih saat ini, hanya segelintir bintang yang dapat dilihat dengan latar langit abu-abu gelap. Karena berdasarkan temuan dari para ilmuwan, meningkatnya penggunaan light-emitting diodes (LED) dan bentuk pencahayaan lainnya telah berpengaruh terhadap pencahayaan langit malam.

Bahkan penggunaan pencahayaan eksternal, seperti penerangan jalan, iklan, dan tempat olahraga yang diterangi secara sembarangan juga telah membutakan pandangan terhadap bintang.

Pada tahun 2016, para astronom melaporkan bahwa Bima Sakti tidak lagi terlihat oleh sepertiga umat manusia dan polusi cahaya semakin memburuk sejak saat itu. Sehingga diperkirakan, sebagian besar konstelasi utama tidak akan terlihat dalam 20 tahun ke depan.

“Langit malam adalah bagian dari lingkungan kita dan akan sangat merugikan jika generasi berikutnya tidak pernah melihatnya. Sama seperti jika mereka tidak pernah dapat melihat sarang burung,” kata seorang astronom, Martin Rees, dilansir dari The Guardian, Minggu 28 Mei 2023.

“Kamu tidak perlu menjadi astronom untuk peduli tentang persoalan ini. Saya juga bukan ahli burung, tetapi jika tidak ada burung yang bernyanyi di kebun saya, saya akan merasa ada yang kurang dalam hidup saya,” imbuhnya.

Menurut penelitian oleh fisikawan Christopher Kyba, dari German Center for Geosciences polusi cahaya saat ini menyebabkan langit malam menjadi cerah dengan kecepatan sekitar 10 per tahun, peningkatan yang mengancam untuk melenyapkan pandangan manusia dari bintang-bintang di langit.

Namun, masyarakat masih belum menganggap polusi cahaya sebagai ancaman. Seperti yang dikatakan oleh Profesor Oscar Corcho, dari Universidad Politécnica de Madrid: "Konsekuensi negatif dari polusi cahaya tidak diketahui oleh penduduk seperti halnya merokok di tahun 80-an."

Padahal, terlepas dari dampak astronomi polusi cahaya memiliki konsekuensi ekologis yang serius. Pasalnya, penyu dan burung yang bermigrasi dipandu oleh cahaya bulan.

Tetapi polusi cahaya membuat mereka bingung dan tersesat. Kemudian serangga, sumber utama makanan burung dan hewan lainnya, juga tertarik pada cahaya buatan dan langsung mati setelah kontak dengan sumbernya.

Oleh karena itu, kata kata Prof Robert Fosbury, dari Institute of Ophthalmology di University College London (UCL), masyarakat harus segera bertindak untuk melawan polusi cahaya. Terlebih manusia saat ini telah kekurangan cahaya merah atau inframerah akibat emisi kebiruan dari LED.

"Kita menjadi kelaparan akan cahaya merah dan infra merah dan itu berdampak serius. Karena ketika cahaya kemerahan menyinari tubuh kita, itu dapat merangsang mekanisme termasuk memecah gula tingkat tinggi dalam darah atau meningkatkan produksi melatonin," kata Fosbury.

"Namun sejak diperkenalkannya lampu neon dan kemudian LED, bagian spektrum itu telah dihilangkan dari cahaya buatan dan saya pikir itu berperan dalam gelombang obesitas dan peningkatan kasus diabetes yang kita lihat hari ini," ungkapnya.sinpo

Komentar: