Ketegangan di Perbatasan Israel-Lebanon Meningkat, Belasan Ribu Orang Mengungsi

Laporan: Galuh Ratnatika
Selasa, 24 Oktober 2023 | 09:43 WIB
Perbatasan Lebanon dengan Israel (SinPo.id/ Reuters)
Perbatasan Lebanon dengan Israel (SinPo.id/ Reuters)

SinPo.id - Berdasarkan data dari badan migrasi PBB, lebih dari 19 ribu orang telah menjadi pengungsi internal di Lebanon sejak awal Oktober, di tengah meningkatnya ketegangan di dekat perbatasan Israel-Lebanon setelah perang Israel-Hamas meletus.

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan, sekitar 19.646 orang telah mengungsi di Lebanon sejak 8 Oktober 2023, sehari setelah kelompok pejuang Hamas menyerang Israel, dan Israel melancarkan serangan ke Gaza.

Menurut IOM migrasi tersebut sebagian besar dilakukan oleh mereka yang melarikan diri dari wilayah selatan Lebanon, tempat dimana kelompok Hizbullah yang didukung Iran, melancarkan serangan ke Israel, ketika serangan ke Gaza meningkat.

“Kami memperkirakan jumlahnya akan meningkat (migrasi) seiring berlanjutnya ketegangan lintas batas,” kata juru bicara IOM, Mohammed Ali Abunajela, dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Al Jazeera, Selasa 24 Oktober 2023.

Ia juga mengatakan, pergerakan masyarakat dari Lebanon selatan ke utara menuju kota pesisir Tirus, yang berjarak 18 kilometer (11 mil) dari perbatasan, justru telah membuat situasi di negara tersebut memburuk.

“Di tengah situasi ekonomi yang memburuk dan peningkatan kemiskinan yang signifikan di seluruh populasi di Lebanon, pengungsian internal dapat menambah tekanan pada sumber daya masyarakat yang menampungnya,” ungkapnya.

Inaya Ezzeddine, seorang anggota parlemen dari Tyre, juga mengatakan migrasi tersebut memberikan tekanan pada keluarga yang menampung para pengungsi dan pemerintah negara yang sedang berjuang melawan krisis ekonomi.

“Perang ini terjadi di tengah krisis ekonomi yang sangat besar dan masyarakat tidak mempunyai perbekalan,” kata Ezzeddine, seraya menambahkan bahwa sekitar 6 ribu orang mengungsi di Tyre dan tiga gedung sekolah digunakan untuk menampung sebagian dari mereka.

“Kami tidak bisa membuka semua sekolah untuk pengungsi karena sekolah masih beroperasi. Kami juga melarang siswa masuk ke sekolah di setiap sekolah yang kami buka untuk pengungsi,” tambahnya.sinpo

Komentar: