KADIN Aceh Sambut Baik Rencana India Investasi di Sabang

Oleh: Redaksi
Minggu, 20 Mei 2018 | 12:20 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Banda Aceh, sinpo.id - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Aceh, Firmandez, menyambut baik keinginan Pemerintah India untuk berinvestasi di kawasan Sabang, Provinsi Aceh. Ia berharap hal itu bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah Pulau Weh tersebut.

H Firmandez menjelaskan, Duta Besar India Pradeep Kumar Rawat bersama Konsul Jenderal (Konjen) India di Medan Shalia Shah pada Jum’at lalu saat berkunjung ke KADIN Aceh juga sudah melawat ke Sabang. Mereka menyatakan sangat tertarik untuk investasi di sana.

Keinginan yang sama juga disampaikan Pemerintah India kepada Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan saat berkunjung ke India pada 17-18 Mei 2018.

“Jadi, kita sambut baik keinginan Pemerintah India ini, kita berharap kerja sama investasi ini bisa segera terwujud di beberapa sektor, sebagaimana yang disampaikan Dubes India dalam pertemuan dengan KADIN Aceh beberapa waktu lalu,” papar Politisi Golkar ini kepada sinpo.id melalui pesan singkatnya, Ahad (20/5/2018).

Lebih lanjut, keseriusan Pemerintah India untuk berinvestasi di Sabang itu, harus didukung semua pihak di Aceh, terutama oleh Pemerintah Aceh dan Badan Pengusahaan Kawasan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS).

“Pemerintah Aceh harus menyambut baik hal ini, karena selama ini Gubernur Irwandi Yusuf selalu mendengung-dengungkan menghadirkan investror ke Aceh dan memberi berbagai kemudahan investasi. Jadi peluang ini harus disambut baik,” tambahnya.

Selain itu, Sabang sebagai pusat perkembangan ekonomi terpadu, harus dibangun menjadi international harbour, menjadi tempat singgah kapal-kapal international yang melintas Selat Malaka, karena keberadaan Sabang sabagai pelabuhan internasional sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka.

Sebelum terusan Suez dibuka pada tahun 1869, kapal-kapal internasional lebih menggunakan selat Sunda sebagai jalur transportasi laut ke nusantara. Setelah terusan Suez dibuka jalur pelayaran menjadi lebih pendek melalui Selat Malaka.

“Saat itulah Sabang mulai disinggahi kapal-kapal barang dari maskapai perdagangan internasional. Pelabuhan alami Sabang yang dalam membuat berbagai jenis kapal bisa merapat. Dan sekarang hal itu harus dibangkitkan lagi. Sabang harus dibangkitkan dari tidurnya, harus kembali menjadi pelabuhan kargo internasional,” harapnya.

Firmandez mengungkapkan, pada masa Pemerintah kolonial Belanda berkuasa, Sabang juga dijadikan sebagai Kolen Station, pelabuhan alami yang dioperasikan sejak tahun 1881. Dua tahun kemudian (1883) Sabang dibuka untuk kapal berdermaga oleh Asosiasi Atjeh.

Awalnya pelabuhan Sabang dijadikan pangkalan batu bara angkatan laut kerajaan Belanda, tapi kemudian dikembangkan menjadi pelabuhan ekspor impor di Sumatera. Tahun 1887 Sabang Haven bersama Firma Delange membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan.

“Sabang kemudian dijadikan pelabuhan bebas pada tahun 1895 dengan sebutan Vrij Haven yang dikelola oleh Sabang Maatschaapij. Jadi, Sabang itu sudah mejadi pelabuhan internasional sejak zaman dahulu. Ini yang harus dibangkitkan kembali. Momentum Sail Sabang 2017 ini harus dijadikan sebagai titik balik kebangkitan Sabang sebagai pelabuhan internasional,” tutupnya.sinpo

Komentar: