Ini Cita-cita Mulia Novia Widyasari Jika Allah Mengizinkan!

Laporan: Samsudin
Senin, 06 Desember 2021 | 12:48 WIB
Novia Widyasari Rahayu/facebook
Novia Widyasari Rahayu/facebook

SinPo.id - Belum lama ini publik dikejutkan dengan kabar meninggalnya mahasiswi bernama Novia Widyasari Rahayu (23). Ia ditemukan meninggal di dekat makam ayahnya, di Mojokerto pada Kamis (2/12) sekitar pukul 16.00 WIB. Korban diduga bunuh diri karena ditemukan sebuah botol cairan yang diduga racun di dekat jasad korban.

Novia diketahui merupakan seorang mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) angkatan 2016. Kematian gadis manis mengundang simpatik publik terkait kisah asmaranya.

Novia diketahui berpacaran dengan seorang oknum anggota polisi bernama Bripda Randy Bagus, yang bertugas di Polres Pasuruan. Kisah asmaranya inilah yang diduga menjadi penyebab Novia nekat melakukan bunuh diri di makam ayahnya.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Gatot Repli Handoko menyatakan, hasil penelusuran pihaknya ke keluarga, korban kedapatan beberapa kali mencoba bunuh diri dengan meminum cairan potasium.

"Kita sudah temui ibunya, dia mengakui korban dalam kondisi Depresi dan beberapa kali hendak bunuh diri minum potasium," ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Gatot Repli Handoko.

Kabar meninggalnya Novia Widyasari ini menjadi trending di Twitter hingga publik meminta jika kasus tersebut segera dituntaskan. Kabar terbaru, kekasih Novia yang berprofesi sebagai polisi bernama Randy Bagus sudah ditangkap oleh pihak berwajib.

Terlepas dari itu semua, Novia ternyata memiliki cita-cita mulia. Dalam curhatannya di laman Facebook, Novia Widyasari menjelaskan alasannya mengambil kuliah jurusan pendidikan karena semata-mata ingin mewujudkan cita-citanya menjadi seorang guru.

"Alasannya cukup melankolis," kata Novia dikutip dari laman Facebok miliknya pada Senin (6/12).

Novia menceritakan berangkat dari pengalamannya yang melihat temannya tidak mampu membayar SPP lantas dikeluarkan dari kelas saat ujian.

Tak hanya itu, temannya bahkan dimarahi di depan siswa yang lain. Bahkan beberapa orang temannya menjauhi siswa yang tidak mampu itu.

"Saya ingin dekat dengan siswa saya nanti apabila Allah mengizinkan saya untuk menunaikan apa yang saya cita-citakan. Allah mengabulkan doa saya dengan menjembatani saya dengan ketrimanya saya di Pendidikan Bahasa Inggris UB (Univesitas Brawijaya," tulisnya.

Kemudian, Novia menambahkan, jika dirinya juga pernah melihat temannya yang nakal dipermalukan dengan dihukum di depan kelas lantaran tidak ahli di salah satu bidang mata pelajaran.

"Ya, saya ingin mengubahnya. Saya tidak ingin mengubah dunia, tapi setidaknya saya ingin mengubah hidup mereka," ujar Novia.

Menurut Novia, tidak adil seorang anak atau siswa yang belum membayar uang SPP atau uang buku kemudian dikeluarkan dari kelas.

"Apakah itu adil? Bukankah itu akan menyakiti perasaan mereka? Saya selalu sedih ketika melihat ada teman yang seperti itu," kata Novia.

Terkait siswa yang dihukum atau dikelaurkan karena bersikap nakal, Novia juga menyorotinya. Menurutnya, memgeluarkan siswa nakal dari kelas belum tentu membuatnya berubah dan menjadi pandai.

"Berikan nasehat dan sanksi tapi jangan memotong haknya yaitu mendapat materi yang sama," tuturnya.

Lebih lanjut, Novia mengaku tidak akan memberikan nilai yang buruk kepada siswanya jika kelak menjadi guru.

Bahkan, kepada mereka yang kurang mampu dan nakal, Novia bersedia memberikan pembelajaran tambahan. Meski bayarannya kecil, ia mengkau senang memberikan ilmu kepada mereka.

"Saya selalu membeli eskrim dan jajan kemudian di sela sela belajar dan mengajaknya nyemil beberapa menit untuk melihat hiburan entah tiktok atau youtube," ucap dia

Terakhir, ia mengaku bangga terhadap ayah dan ibunya yang sudah mendidiknya hingga sejauh ini.

"Bukan tak butuh uang namun hidup syaa sudah cukup. Semoga Allah terus mencukupi hidup saya bersama apa yang saya cita-citakan," tulisnya.

Berikut tulisan lengkap Novia soal keinginanya tersebut:

Saya kuliah jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Brawijaya Malang.

Alasannya cukup melankolis, saat itu saya adalah gadis umur 17 tahun lulusan SMK jurusan Akuntansi. Saya mendaftar di jurusan Ekonomi bisnis universitas yg akreditasinya dibawah UB hanya agar saya bisa mengembangkan skill akuntansi saya padahal saya pengen ambil Pendidikan karena saya inget betul betapa menyedihkannya saya melihat teman saya yg tidak mampu membayar SPP dikeluarkan dari kelas saat Ujian lalu ia akan dimarahi di depan siswa yg lain. Saya melihat teman saya yg nakal dan di permalukan, saya melihat teman saya yg tidak ahli di salah satu bidangnya mata pelajaran lalu di hukum di depan kelas.

Ya, saya ingin mengubahnya. Saya tidak ingin mengubah dunia, tapi setidaknya saya ingin mengubah dunia mereka.

Seseorang anak yg tidak bertanggung jawab dengan uang spp, uang buku lalu dia dikeluarkan dari kelas. Apakah itu adil? Bukankah itu akan menyakiti perasaan mereka? Lalu beberapa yg lain dari mereka menjauhi yg tidak mampu membeli buku karena keterbatasan ekonomi. Saya selalu sedih ketika melihat ada teman saya yg seperti itu.

Dan ada seseorang anak yg tengil kemudian guru mengeluarkan mereka dari kelas saat pelajaran, padahal bukankah usia remaja adalah usia minim empati. Apakah mengeluarkan siswa dari kelas membuat dia berubah dan pandai? Berikan nasehat dan sanksi tapi jangan memotong haknya yaitu mendapat materi yang sama.

Selanjutnya, saya tidak akan memberikan nilai yg buruk kepada mereka. Saya berjanji saya akan mengajarinya secara privat, membelikannya es krim, mempercayainya dengan saya meminta tolong kepadanya. Saya ingin dekat dengan siswa saya nanti apabila Allah mengizinkan saya untuk menunaikan apa yang saya cita-citakan. Saya tidak akan pernah memarahi mereka dan menunjukkan muka tidak enak.

Allah mengabulkan doa saya dengan menjembatani saya dengan keterimanya saya di Pendidikan Bahasa Inggris UB.

Sampai detik ini saya sudah sering sekali mengajar les privat disela sela kuliah saya dengan gaji 35–50rb per pertemuan. Saya selalu membawa es krim dan jajan kemudian di sela sela belajar saya akan mengajaknya nyemil dan beberapa menit untuk melihat hiburan entah tiktok atau youtube. Kadang saya memperlihatkan sesuatu dan saya ingin tau bagaimana mereka menyikapi hal tersebut. Ketika siswa saya mendapat nilai jelek, saya bersedia menambah jam les tanpa dibayar dan memberikan dia rewards asal dia tidak menyerah karena nilai yg anjlok.

Semuanya terdengar klise sekali. Tapi beginilah alasan saya. Saya hidup dari orang tua yaitu Ayah saya yg seorang pimpinan dalam kantor dan ibu saya seorang staf ahli hukum di kantor walikota yg gajinya cukup untuk membiayai saya kuliah dan keperluan saya sehari hari. Mungkin karena itu saya jarang memikirkan berapa yg saya dapat. Bukan tidak butuh uang, namun hidup saya sudah cukup. Dan semoga Allah akan terus mencukupi hidup saya bersama apa yg saya cita citakan.sinpo

Komentar: