Waspada! Fenomena Hujan Es Dipredikasi Masih Akan Terjadi Di Bulan Maret-April

Laporan: Samsudin
Selasa, 22 Februari 2022 | 12:18 WIB
Hujan es mengguyur Surabaya, Senin (21/2)/twitter
Hujan es mengguyur Surabaya, Senin (21/2)/twitter

SinPo.id -  Fenomena alam hujan es tidak hanya terjadi di puluhan titik di Surabaya, Jawa Timur. Tetapi juga merambat ke daerah lain seperti di Desa Kandangserag, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan.

Di waktu yang sama juga terjadi di wilayah di Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah dan di beberapa wilayah daerah lainnya. 

Kejadian cuaca ekstrem berupa fenomena hujan es telah terjadi dalam sepekan terakhir di beberapa wilayah seperti Surabaya, Lampung, Bekasi, dan lainnya.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Tegal Sri Nurlatifah menjelaskan, bahwa fenomena hujan es atau 'Hail' ini bisa terjadi pada saat periode musim hujan.

"Salah satu faktor yang menyebabkan hujan es adalah aktifnya monsun Asia yang memicu terbentuknya 'Low Pressure Trough' di Laut Jawa hingga Laut Arafuru," kata Sri Nurlatifah.

Selain itu juga, karena adanya konveksi dari 'Madden Jullian Oscillation (MJO)' yang terjadi di sebagian besar wilayah Jawa semakin mendukung terbentuknya awan-awan konvektif di beberapa wilayah Jawa, termasuk wilayah Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Pekalongan.

Selain itu juga, adanya pemanasan yg kuat di beberapa wilayah Jawa Tengah termasuk wilayah Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Pekalongan yang memicu terjadinya 'penguapan yang besar' serta keadaan atmosfer yang labil.

“Sehingga semakin memicu terbentuk adanya awan konvektif yang menjulang tinggi (deep convection) dan melewati freezing level, sehingga sebagian besar awan tersebut berupa es,” tuturnya.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan potensi cuaca ekstrem seperti fenomena hujan es, hujan lebat dan puting beliung masih dapat terjadi hingga Maret-April mendatang karena pancaroba.

"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem tersebut serta dampak yang dapat ditimbulkan," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (22/2).

Fenomena hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai dengan adanya jatuhan butiran es yang jatuh dari awan serta dapat terjadi dalam periode beberapa menit.

Fenomena hujan es dapat terjadi karena dipicu oleh adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan.

Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb) yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan bahwa adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut sehingga dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar.

Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan CB atau yang dikenal dengan istilah downdraft dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar yang terbentuk dipuncak awan Cb tersebut turun ke dasar awan hingga keluar dari awan dan menjadi fenomena hujan es.

"Kecepatan "downdraft" dari awan Cb yang signifikan dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara, dan bahkan ketika sampai jatuh ke permukaan bumi pun masih dalam berbentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es," demikian Guswanto.sinpo

Komentar: