Ada Petik Tirto Amerto di Kampung Gerabah Penanggungan

Laporan: Sinpo
Senin, 25 Juli 2022 | 21:56 WIB
Festival Lempung Agung. Foto: Istimewa
Festival Lempung Agung. Foto: Istimewa

SinPo.id - Ratusan orang tampak di kampung Gerabah Penanggungan. Mereka turut meramaikan event Festival Lempung Agung yang merupakan rangkaian kegiatan Festival Kali Brantas yang digelar di 7 Kampung Tematik Kota Malang.

Adapun rangkaian festival Lempung Agung dalam bentuk ritual dengan mengadakan Ngumbah Grabah dan Petik Tirto Amerto Kali Brantas.

Sebanyak 40 penari dengan membawa gerabah dari atas pabrik gerabah turun ke sungai Brantas melewati tangga pondasi yang curam, kemudian melintasi titik jembatan bambu untuk sampai di seberang sungai Brantas sisi utara.

Prosesi acara dipandu oleh penggagas Festival Kali Brantas, Ki Demang dan Ketua Kampung Gerabah, Haryono. Mereka membawa sesajen cok bakal dan kembang setaman.

"Sesampai di seberang tepi sungai Brantas para penari menari sambil mencuci gendok yang terbuat dari gerabah," kata Ki Demang di Malang, pekan lalu.

Mereka menari sembari diiringi gamelan dari Kampung Satrio Turonggo Jati limpinan Nanang Gustanto. Untuk mantra dan doa dilafalkan oleh Ki Demang.

"Ini sebagai pertanda bahwa Ritual Ngumbah Gerabah Petik Tirto Amerto Kali Brantas dimulai. Lengkap dengan cok bakal, tumpeng sak jodo, bubur palang, bubur sengkolo dan ugo rampi lainnya sebagai perlambang wujud syukur," ujarnya.

Para penari menggerakkan tubuhnya seperti hanyut dalam kekhsukan doa dan iringan gamelan karya koreografer Endra Zulaifah pimpinan sanggar seni Denendar Malang.

Setelah ngumbah (mencuci) gerabah di bibir sungai Brantas lantas para penari menuju pancuran air sumber. Mereka mengambilnya lantas dibawa menuju ke rumah warga,  diiringi oleh anak-anak kecil dari kampung gerabah sambil membawa perkakas rumah tangga dan ditabuh sebagai tabuhan dok dok pyeng.

"Anak-anak dengan riang gembira ikut meramaikan pawai gerabah di kampung dan setelahnya mereka bermain lempung membuat gerabah, tampak pula mereka terjun ke sungai Brantas," imbuh Ki Demang.

Ki Demang menjelaskan, Petik Tirto Amerto ini sebagai perlambang bahwa sumber mata air di kampung ini masih ada dan terjaga.

"Air dari sumber yang disalurkan melalui pancuran diambil dengan gendok gerabah menandakan kampung ini masih menjaga dan melestarikan tradisi nenek moyang," katanya. 

Ketua Kampung Gerabah Penanggungan, Haryono mengatakan masih terdapat 7 titik sumber mata air sekitaran Sungai Brantas di Kampung Penanggungan yang digunakan untuk konsumsi sehari-hari. Selain itu di kampung ini ada 3 sumber mata air yang berdekatan yang langsung mengalir ke Sungai Brantas.

"Kampung Gerabah Penanggungan ini memanfaatkan sungai Brantas sebagai bagian dari kegiatan kampung," katanya.

Budayawan Malang, Syamsul Subadri menambahkan, kegiatan Petik Tirto Amerto ini merupakan pelestarian tradisi sebagai bagian dari upaya memajukan objek kebudayaan.

"Terdapat 10 objek yang dimajukan dalam kebudayaan dan setidaknya event Petik tirto Amerto ini memunculkan 5 objek pemajuan kebudayaan, diantaranya seni tradisional, gerabah sebagai pengetahuan dan teknologi tradisional serta kegiatan adat istiadat dan ritus dalam bentuk doa," terang Syamsul Subadri yang akrab disapa Mbah karjo.

Jamak diketahui, kerajinan gerabah di Kota Malang sudah ada sejak zaman kerajaan Kanjuruhan, Singosari, masa kolonial hingga sekarang. Perkakas alat rumah tangga maupun untuk keperluan hiasan yang terbuat dari gerabah sampai saat ini masih diproduksi di kampung Gerabah Penanggungan. Meski pengrajinnya tinggal 10 orang, mereka saat ini yang menjadi tulang punggung kerajinan Kampung Gerabah yang menjadi sentra kerajinan serta edukasi wisata gerabah di Kota Malang. 

 sinpo

Komentar: