Survei Laboratorium Psikologi Politik UI: Polarisasi Nyata di Masyarakat

Laporan: Juven Martua Sitompul
Minggu, 19 Maret 2023 | 18:14 WIB
Guru Besar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk. Dok Istimewa.
Guru Besar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk. Dok Istimewa.

SinPo.id - Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) menggelar survei opini publik bertajuk 'Polarisasi politik di Indonesia: Mitos atau Fakta'. Hasilnya, polarisasi politik bukan sekadar mitos melainkan fakta yang terjadi di Indonesia.

Dalam paparan survei, Guru Besar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk mengatakan fakta polarisasi politik di Indonesia tercermin dari hasil survei yang menunjukkan bahwa masyarakat terpolarisasi menjadi 2 kelompok, yakni klaster 1 yang pro pemerintah dan klaster 2 yang tidak berpihak pada pemerintah atau anti terhadap asing.

"Hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat terpolarisasi menjadi 2 kelompok dengan ukuran proporsional, yakni klaster 1 sebesar 57 persen versus klaster 2 sebesar 43 persen," kata Hamdi saat pemaparan survei, Minggu, 19 Maret 2023.

Secara rinci, klaster 1 merupakan kelompok pro Jokowi yang relatif sekuler ke arah moderat, puas terhadap kinerja pemerintah, relatif tidak berprasangka terhadap kekuatan ekonomi asing.

Sementara itu, klaster 2 merupakan kelompok dalam ideologi politik dimensi keagamaan. Di mana mereka meyakini pemimpin harus seiman atau seagama. Kemudian, kebijakan publik berlandaskan agama, hingga sanksi punitif terhadap penista agama, perda syariah mendapat endorsement yang tinggi.

"Klaster 2 ini juga lebih percaya pada teori konspiratif bahwa pemerintah adalah konspirasi dari kekuatan asing. Klaster ini menyatakan ketidakpuasan terhadap kebijakan dan hasil yang dicapai pemerintah," ujar Hamdi.

Selain itu, survei ini menemukan indikasi implikasi dari pengkutuban pada konsekuensi afeksi (perasaan). Di mana, terlihat kedua klaster ini cenderung mengembangkan emosi negatif kepada kelompok di luar kelompok yang tidak sealiran dalam konteks dukungan selama Pilpres 2019.

Meski demikian, kata Hamdi, survei yang dilakukan ini tidak menemukan implikasi negatif dari pengkutuban dalam perilaku sosial yang berkekerasan dan atau perilaku segregasi sosial yang yang lebih serius.

"Implikasi lebih kearah sentimen negatif (afeksi). Namun tentu kehati-hatian tetap diperlukan supaya implikasi tidak berkembang kearah yang lebih serius," kata dia.

Survei opini publik Laboratorium Psikologi Politik UI soal sisa polarisasi Pilpres 2019 ini digelar pada periode 6 Februari hingga 28 Februari 2023. Pada survei ini, teknik analisis yang digunakan seperti item-response theory (IRT), principal component (PCA), dan latent classification analysis (clustering) dengan metode mengukur Sigma Distance. Total responden sebesar 1.190 WNI berusia 17 tahun ke atas yang berasal dari 33 provinsi.

Hadir sebagai narasumber, guru besar Fakultas Psikologi Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.Si, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, Ketua Lakpesdam PBNU Ulil Abshar Abdalla, Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari.sinpo

Komentar: