NasDem Tak Pernah Dengar Jokowi Minta 3 Periode

Laporan: Juven Martua Sitompul
Sabtu, 28 Oktober 2023 | 15:03 WIB
Ahmad Ali (Sinpo.id)
Ahmad Ali (Sinpo.id)

SinPo.id -  Waketum Partai NasDem Ahmad Ali mengaku tak pernah mendengar Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin meminta 3 periode. Dia bahkan mengaku heran isu itu dihembuskan jelang Pilpres 2024, apalagi setelah putra sulungnya resmi menjadi cawapres.

Ali awalnya bercerita isu itu muncul pertama kali pada 2019 dan langsung ditepis Jokowi. Dia lantas mengingatkan pernyataan Jokowi yang bilang isu tersebut menampar mukanya.

"Ketika saya masih jadi Ketua Fraksi di DPR dan Waketum Partai NasDem sampai hari ini itu nggak pernah mendengarkan itu, dan bahkan yang saya ingat betul kader NasDem yang menggulirkan itu 2019, itu langsung tegas ditepis (Jokowi), kalau dari saya nggak pernah mendengarkan," kata Ali kepada wartawan, Jakarta, Sabtu, 28 Oktober 2023.

Ali juga menekankan jawaban Jokowi saat diisukan meminta 3 periode, yakni merasa ditampar oleh segelintir orang yang menginginkan pemerintahannya berlanjut satu periode lagi.

"Pak Jokowi menanggapi secara spontan bahwa beliau sadar ini produk reformasi kemudian, kedua ada partai yang menawar-nawarkan, 'cari muka padahal saya sudah punya muka, menampar muka saya', itu bagian statement Pak Jokowi ketika ditawarkan 3 periode itu," katanya.

Usai redup di 2019, kata Ali, isu itu muncul lagi pada 2022. Ali menilai isu itu hanya digaungkan oleh pihak yang mencari perhatian, padahal di satu sisi Jokowi sudah membantah.

"Kemudian itu meredup dan 2022 muncul lagi, diinisiasi salah satunya Bahlil kalau tidak salah, jadi peristiwa 2019 terulang lagi, sehingga saya menilai itu bentuk upaya orang tertentu untuk cari perhatian ke Pak Jokowi, kalaupun Pak Jokowi mau itu tidak terlalu sulit menurut saya," ujarnya.

Ali menyayangkan isu itu kini kembali muncul dan membuat suasana politik jadi tegang. Menurutnya, dalam tahun politik semestinya disajikan narasi-narasi yang bersahabat.

"Saya menyayangkan betul situasi politik yang tanda kutip menegang, seharusnya kita menyajikan diksi-diksi atau narasi yang lebih bersahabat, lebih merangkul, lebih membesarkan jiwa, tidak perlu saling menyudutkan, apalagi peristiwa itu sudah lama dan disayangkan kenapa tiba-tiba hari ini muncul," ujarnya.

Ali tidak ingin merespons lebih jauh soal pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang memunculkan itu tersebut. Apalagi, hal itu adalah urusan internal. Namun, dia mengingatkan pernyataan Hasto tidak patut, apalagi isu itu hanya untuk saling mempermalukan sesama kader PDIP.

"Kenapa dalam situasi politik yang dalam tanda kutip berbeda antara satu dengan yang lain, kok tiba-tiba narasi ini muncul. Ya kalau saya katakan mencoba memojokkan Pak Presiden," ucapnya.

"Katakanlah itu betul itu, Pak Jokowi ini kan kader PDIP, kenapa harus saling mempermalukan, kenapa harus cari-cari pembenaran, bukankah politik ini kita lewatin riang gembira," timpal Ali.

sinpo

Komentar: