GUSDURian Bersama UNESCO Gelar Festival Pemilu Damai

Laporan: Sinpo
Senin, 27 November 2023 | 07:52 WIB
Direktur Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Wahid, saat Festival 4 Peace Pemilu Damai (SinPo.id/GUSDURian)
Direktur Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Wahid, saat Festival 4 Peace Pemilu Damai (SinPo.id/GUSDURian)

SinPo.id -  Jaringan GUSDURian dan UNESCO menggelar  Festival 4 Peace “Pemilu Damai, Adil dan Bermartabat” dengan itu menghadirkan sejumlah tokoh bangsa dan gelar seni. Festival itu merupakan upaya GUSDURian mengajak masyarakat melibatkan diri dalam proses Pemilihan Umum 2024 yang damai, adil, dan bermartabat.

“Seruan ini memperhatikan maraknya penggunaan informasi palsu dan ujaran kebencian di ruang digital pada pemilu dua periode sebelumnya,” ujar Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian Jay Akhmad, saat pembukaan festival yang berlangsung di Wisma Hijau Depok, Minggu 26 November 20203 kemarin.

Ia menegaskan pentingnya peran masyarakat sipil dalam menjaga perdamaian di masa Pemilu. Ia mencontohkan situasi yang terjadi pada 2014 dan 2019 yang menyebabkan masyarakat terbelah menjadi dua kubu.

“Organisasi masyarakat sipil memiliki peran penting dalam melakukan reintegrasi bangsa, baik menjelang, saat, dan pasca penyelenggaraan Pemilu,”  ujar Jay menambahkan.

Festival pemilu damai menampilkan pertunjukan seni budaya dan musik, selain itu dibacakan Deklarasi Pemilu Damai oleh tokoh pemuda lintas agama.

Direktur Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Wahid, menyatakan demokrasi esensinya adalah menyertakan semua orang untuk menyusun langkah bersama. Pemilu hanya salah satu sarana untuk memilih pemimpin yang tepat dan bisa mewakili aspirasi rakyat agar tidak tertinggal dan terpinggirkan.

Ia mengutip dari pernyataan Abdurrahman Wahid yang ditulis pada 2002 lalu, Alissa mengatakan Indonesia ada karena keberagaman. “Kehidupan saat ini hanya dipenuhi kegiatan untuk mempertahankan kekuasaan bukan untuk mencapai kepemimpinan yang diharapkan,” ujar Alissa mengutip pernyataan Gus Dur.

Alissa menjelaskan, kekuasaan disamakan dengan kepemimpinan dan tidak mengindahkan lagi aspek moral dan untuk  mendapatkan kekuasaan itu keberagaman dan perbedaan sering diubah menjadi plintiran kebencian.

“Tindakan itu perlu dilawan dengan semangat Pemilu damai adil, jujur dan bermartabat untuk mengembalikan demokrasi sebagai jalan mewujudkan cita-cita bersama,” ujar Alissa menegaskan.  

Dalam festival itu Gusdurian mengajak bersama untuk bergerak menjaga rakyat dari arus saling menjelekkan dan membenci dan menjaga komitmen untuk demi cita-cita yang lebih besar.

Tercatat, sejumlah tokoh hadir di festival itu di antaranya Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Mantan Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Gomar Gultom, Ketua Perkumpulan Umat Tao di Indonesia Parlin Herman Widjaja,  Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Asep Saifudin Jahar dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Pius Riana Prabi, serta sejumlaha tokoh agama lainnya.  

 sinpo

Komentar: