Israel Serang Seluruh Gaza di Tengah Desakan untuk Gencatan Senjata

Laporan: Tim Redaksi
Kamis, 07 Maret 2024 | 01:16 WIB
Gaza (pixabay)
Gaza (pixabay)

SinPo.id -  Militer Israel, Rabu 6 Maret 2024 melancarkan serangan udara dan darat di seluruh Jalur Gaza, sementara para perunding di Mesir menyusun rencana gencatan senjata yang akan menghentikan konflik selama beberapa pekan.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melaporkan serangan udara di daerah Beit Hanoun menewaskan dua militan yang terlibat dalam serangan teror 7 Oktober terhadap Israel.

Serangan lain Israel berlangsung di Gaza Tengah dan di daerah Khan Younis di bagian selatan jalur itu.

Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan ia berencana mengeluarkan peringatan kepada Israel, Rabu (6/3) mengenai perlunya memfasilitasi bantuan kemanusiaan untuk memasuki Jalur Gaza guna mengatasi apa yang disebut Cameron “penderitaan yang mengerikan.”

“Orang-orang sekarat karena kelaparan; orang-orang sekarat karena penyakit-penyakit lain yang sebenarnya bisa dicegah,” kata Cameron kepada parlemen Selasa malam.

Para mediator internasional bertemu kembali hari Rabu 6 Maret di Kairo di tengah-tengah desakan untuk memastikan gencatan senjata enam pekan sebelum bulan suci Ramadan, yang diperkirakan akan dimulai pada 10 Maret.

Presiden AS Joe Biden, Selasa 5 Maret mengatakan pertanyaan mengenai apakah akan ada jeda baru dalam pertempuran “berada di tangan Hamas sekarang ini.”

Tetapi pada saat bersamaan, ia mengatakan Israel tidak punya “alasan” selain mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan memasuki wilayah yang dilanda perang itu untuk membantu warga Palestina yang kelaparan.

“Kita memerlukan gencatan senjata,” kata Biden kepada wartawan sewaktu ia meninggalkan tempat peristirahatan presiden Camp David di luar kota Washington.

Ia memperingatkan mengenai meningkatnya bahaya jika Israel dan Hamas gagal mencapai gencatan senjata di Gaza pada awal Ramadan pekan depan.

“Jika kita menghadapi keadaan di mana ini berlanjut selama Ramadan, Israel dan Yerusalem … dapat menjadi sangat, sangat berbahaya,” kata Biden.

Pernyataan Biden muncul sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak Israel agar memaksimalkan “semua cara yang memungkinkan” untuk membuat lebih banyak bantuan kemanusiaan memasuki Gaza, dengan mengatakan situasi sekarang ini yang dihadapi puluhan ribu pengungsi Palestina tidak dapat diterima sama sekali dan tidak bisa diteruskan.

“Israel harus memaksimalkan semua cara yang mungkin, semua metode yang mungkin untuk membuat bantuan sampai ke orang-orang yang membutuhkannya,” kata Blinken sebelum bertemu dengan PM Qatar Sheikh Mohmmed bin Abdulrahman Al Thani di Departemen Luar Negeri.

Blinken mengulangi seruan pemerintahan Biden agar Israel membuka penyeberangan perbatasan baru agar lebih banyak bantuan kemanusiaan dapat memasuki Gaza, sesuatu yang ditentang Israel.

“Ini memerlukan lebih banyak penyeberangan. Ini memerlukan lebih banyak bantuan yang masuk. Dan begitu bantuan masuk, perlu memastikan bantuan itu dapat sampai ke orang-orang yang memerlukannya. Jadi, kami akan terus menekankan hal itu setiap hari, karena situasi nya sama sekali tidak dapat diterima,” kata Blinken.

Kelaparan kini membayangi Jalur Gaza yang terkepung di pesisir Laut Tengah sementara pasokan bantuan, yang sudah sangat dibatasi sejak dimulainya perang pada Oktober lalu, telah semakin berkurang dalam sebulan terakhir.

“Kita memiliki peluang untuk gencatan senjata segera yang dapat membawa pulang para sandera, yang dapat meningkatkan secara dramatis jumlah bantuan kemanusiaan yang sampai ke orang-orang Palestina yang sangat membutuhkannya … Hamaslah yang harus mengambil keputusan mengenai apakah pihaknya siap untuk terlibat dalam gencatan senjata itu,” kata Blinken.

Berdiri di samping Blinken, Sheikh Mohammed mengatakan, “Qatar, AS dan mitra-mitra kami akan selalu gigih untuk memastikan kesepakatan ini terwujud.”

Israel tidak ikut dalam perundingan di Kairo, menyalahkan Hamas karena tidak memberikan daftar nama sandera yang masih ditawan militan di Gaza.

Pernyataan Biden secara terbuka bahwa keputusan berada di tangan Hamas merupakan “bentuk tekanan” yang biasa terjadi pada perundingan tingkat tinggi, kata Merissa Khurma, direktur program Program Timur Tengah di Wilson Center.

“Kami telah melihat Hamas menanggapi beberapa pernyataan ini juga,” kata Khurma kepada VOA. “Ini adalah bagian dari proses. Ini menggunakan platform publik untuk menekan perundingan privat yang sedang berlangsung.”

Tetapi ia menekankan situasi kemanusiaan yang sangat buruk di Gaza memberikan tekanan besar bagi para perunding untuk mencapai kesepakatan yang akan menghentikan pertempuran.

“Ini adalah pengingat mengenai beta[a pentingnya perundingan ini membawa kita ke langkah pertama gencatan senjata, jeda kemanusiaan yang sangat diperlukan, untuk memasukkan bantuan dan untuk memulangkan sandera agar kita dapat mulai memikirkan tentang masa depan konflik dan pascakonflik,” kata Khurma.

Israel telah bertekad akan mengakhiri ancaman serangan lain dari Hamas seperti serangan Oktober lalu yang menewaskan 1.200 orang, menurut penghitungan Israel. Serangan balasan Israel sejak itu telah menewaskan lebih dari 30.700 orang di Gaza, sekitar 70 persennya adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Sekitar 72.100 orang Palestina lainnya telah terluka. [uh/ab]sinpo

Komentar: