AJLI, Wadah Berhimpun Jurnalis Peduli Lingkungan di Indonesia

Laporan: Sinpo
Kamis, 09 Februari 2023 | 05:53 WIB
Aliansi Jurnalis Lingkungan Indonesia
Aliansi Jurnalis Lingkungan Indonesia

SinPo.id -  Sebagai wadah berhimpun para jurnalis, Aliansi Jurnalis Lingkungan Indonesia (AJLI) lahir.  AJLI memiliki sejumlah program, terutama memberikan edukasi mengenai lingkungan, khususnya isu-isu persampahan. 

"Jurnalis yang terhimpun di AJLI sepakat untuk berkontribusi memotivasi dan mempersuasi para stakeholders untuk peduli lingkungan sekaligus mengedukasi masyarakat," kata Ketua AJLI Eni Saeni.

Pernyataan itu disampaikan dalam acara Media Coaching Workshop tentang Pengelolaan Sampah di DKI Jakarta pada Rabu 8 Februari 2023. 

Media Massa berperan penting menyampaikan pesan kepada masyarakat. Atas dasar itu, upaya Media Coaching Workshop tentang Pengelolaan Sampah itu dinilai perlu karena hingga hari ini isu lingkungan mendapat porsi yang kecil dalam pemberitaan di media.
Media cenderung memberitakan isu lingkungan jika itu menyangkut peristiwa. Padahal masalah lingkungan hidup merupakan isu global yang harus dihadapi dan dicari solusi. 

Menurut  General Manager  Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) Zul Martini Indrawati pemateri pada acara tersebut,  Indonesia harus mulai serius mengatasi persoalan sampah. Setiap tahun volume sampah meningkat.Data KLHK,  pada 2021 volume sampah nasional 68,5 juta ton, di 2022 meningkat menjadi 70 juta ton. 

"Dengan kondisi ini, kita semua harus bergerak, bersinergi antara Pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan media. Media  memegang peran penting dalam melakukan edukasi, kekuatan tulisan dan pemberitaan yang menginspirasi dapat menggerakkan perubahan perilaku di masyarakat, misalnya dengan story telling," kata Martini. 

Menurut Martini, IPRO hadir untuk membantu sektor swasta mengimplementasikan tanggung jawabnya mengelola sampah. Saat ini, jumlah anggota IPRO ada 15 perusahaan, antara lain Danone, Coca Cola, Nestle, Unilever, dan L'Oreal. Perusahaan ini berkolaborasi dengan mitra penggumpulan melalui IPRO untuk take back sampah paska konsumsi untuk kemudian didaur ulang. 

Martini mengatakan, peran media dalam menjelaskan Pengelolaan sampah di Indonesia kepada masyarakat bisa dilakukan dengan berbagai perspektif ketika informasi tentang isu-isu lingkungan, khususnya persampahan lebih banyak diketahui oleh media. 

"Semakin banyak informasi yang diserap, maka akan semakin banyak perspektif yang bisa ditulis dari sudut pandang jurnalis," ucap Martini. 

Lina Tri Mugi Astuti dari Sekolah Ilmu Lingkungan Indonesia Universitas Indonesia menambahkan sinergitas antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan sektor swasta serta masyarakat harus terus didorong. Apalagi Indonesia sudah memiliki payung hukum berupa UU Pengelolaan Sampah No.18/2008 dan Permen LHK P.75/2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. 

"Produsen memiliki tanggung jawab melakukan pengelolaan sampah dengan menarik kembali sampahnya, melakukan daur ulang dan melaksanakan edukasi ke masyarakat. Jika tiga pilar ini dilaksanakan dengan baik dan benar, maka penanganan sampah bisa maksimal," kata Lina. 

Kenapa hingga hari ini pengelolaan sampah di Indonesia masih belum maksimal. Menurut Lina, karena peran pemerintah sebagai regulator dan bertanggung jawab mengelola sampah bukan program prioritas.

"Faktanya anggaran untuk pengelolaan sampah sangat minim. Politik anggaran belum berpihak pada penanganan sampah. Tapi tugas penanganan sampah bukan hanya dilakukan oleh Pemerintah. Semua stakeholder mulai dari produsen, komunitas dan media dapat  berkolaborasi untuk untuk menangani persoalan sampah," kata Lina Astuti, kepada wartawan dalam acara Media Coaching Workshop tentang Pengelolaan Sampah.

Selain Lina Tri Mugi Astuti dan  Zul Martini Indrawati, General Manager IPRO, pemateri lainnya adalah Mohammad Fikri, Director of Corporate Responsibiliy, L’Oreal Indonesia. **sinpo

Komentar: