Anies: Kekurangan Dokter Bisa Diatasi dengan Peningkatan Kompetensi

Laporan: Tim Redaksi
Minggu, 04 Februari 2024 | 23:32 WIB
Capres Anies Baswedan (SinPo.id/ Ashar)
Capres Anies Baswedan (SinPo.id/ Ashar)

SinPo.id -  Permasalahan kekurangan dokter di Indonesia bisa diatasi dengan peningkatan kompetensi. Hal itu disampaikan Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan dalam Debat Kelima Calon Presiden Pemilu Tahun 2024 di Jakarta, Minggu 4 Februari 2024 malam.

"Kami lihat pengembangan kompetensi baik dan bermanfaat. Tetapi pastikan sesuai data yang ada, supaya apa yang kita investasikan bisa menjawab kebutuhan," ujar Anies.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan yang mencatat Indonesia masih kekurangan sebanyak 31.481 dokter spesialis untuk melayani 277,43 juta penduduk pada 2023.

Menurut dia, peningkatan kompetensi itu seperti memberikan beasiswa pendidikan dokter maupun membawa profesional dari luar negeri untuk mendidik siswa kedokteran di Tanah Air.

Dia menjelaskan harus dilihat isu yang menjadi urgensi terkait masalah kekurangan dokter di Indonesia. Permasalahan tersebut bisa dibicarakan dengan berbagai pemangku kepentingan.

Pasalnya, negara memang memiliki kewenangan. Namun, kata dia, pengetahuan dan situasi di lapangan lebih diketahui oleh pemangku kepentingan seperti asosiasi profesi, Kementerian Kesehatan, dinas di daerah, aktivis, hingga pengamat dan pakar.

Kemudian, barulah dilakukan pengumpulan data untuk mencari tahu kebutuhan dari diskusi dengan pemangku kepentingan agar tidak langsung bertindak dengan langkah yang belum tentu penting dan menjadi kebutuhan di lapangan.

Kendati demikian, Anies menyetujui pernyataan calon presiden nomor urut 2 bahwa peningkatan kompetensi bagi para dokter di Indonesia tetap diperlukan, sehingga jika diperlukan maka bisa diberikan beasiswa ke luar negeri kepada para dokter.

"Tapi bila dibalik, profesornya dibawa ke sini, institusinya dibawa ke sini juga tidak masalah karena dengan begitu proses belajar juga akan tetap terjadi," katanya.

Dengan memperhatikan urgensi dan kebutuhan, ia menilai pengendalian masalah kekurangan dokter tidak hanya dilakukan dari aspek kuratif, namun juga dari aspek preventif.

Adapun yang dimaksud aspek kuratif tersebut, yakni soft infrastructure (tenaga medis) dan hard infrastructure (rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain). Sementara aspek preventif, yaitu efek dari pola hidup tidak sehat.

"Jadi tidak hanya mencegah tapi mengobati," tutur Anies.
sinpo

Komentar: