Netahayu Klaim 13.000 Anggota Hamas Tewas dalam Perang di Gaza

Oleh: VOA Indonesia
Selasa, 12 Maret 2024 | 07:22 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu (SinPo.id/VoA)
PM Israel Benjamin Netanyahu (SinPo.id/VoA)

SinPo.id - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menolak komentar Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang mengatakan bahwa kebijakan Israel terhadap perang di Gaza “lebih banyak merugikan Israel daripada membantu Israel.”

Dalam wawancara dengan media Politico, Netanyahu juga membantah angka kematian yang dirilis kementerian kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas. Ia berargumen bahwa angka tersebut termasuk “setidaknya 13.000 petempur teroris” yang dibunuh oleh pasukan Israel.

“Jika yang dimaksud Biden adalah bahwa saya memberlakukan kebijakan pribadi yang bertentangan dengan suara mayoritas (dan) keinginan mayoritas warga Israel, dan bahwa hal ini merugikan Israel, maka ia salah dalam dua hal tersebut,” kata Netanyahu kepada Politico pada hari Minggu, 10 Maret 2024.

Pernyataannya disampaikan satu hari setelah Biden mengatakan bahwa Netanyahu “harus lebih memikirkan nyawa orang-orang tak berdosa yang hilang akibat tindakannya” di Gaza.

Biden, yang mendukung Israel selama perang melawan Hamas dalam lima bulan terakhir, semakin menunjukkan kekecewaannya terhadap Netanyahu dengan menyuarakan kritiknya dalam wawancara dengan stasiun televisi MSNBC.

Kegagalan Netanyahu untuk membebaskan para sandera yang masih ditahan oleh kelompok militan Hamas pascaserangan pada tanggal 7 Oktober lalu yang memicu kembali pecahnya perang di wilayah tersebut, telah mendorong aksi-aksi unjuk rasa di Israel dan seruan-seruan untuk mengadakan pemilihan umum lebih awal, termasuk di ibu kota Israel, Tel Aviv, pada Minggu, 10 Maret malam.

Netanyahu menyampaikan kepada Politico bahwa “suara mayoritas semakin kompak dibandingkan sebelumnya. Dan mereka memahami apa yang baik untuk Israel.”

Ia menambahkan bahwa kebijakannya “didukung oleh mayoritas rakyat Israel", yang mendukung “langkah kami untuk menghancurkan batalion-batalion teroris Hamas yang masih tersisa.”

Perang Gaza pecah setelah Hamas melancarkan serangan tak terduga ke Israel selatan. Perang itu mengakibatkan tewasnya sekitar 1.160 orang, sebagian besar warga sipil, menurut perhitungan kantor berita AFP yang dihimpun dari data resmi Israel.

Serangan balasan militer Israel sejauh ini sudah menewaskan lebih dari 31.000 orang, yang mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di Gaza.

Namun, Netanyahu mengatakan dalam wawancara tersebut bahwa angka itu termasuk 13.000 militan Hamas.

“Jumlah korban sipil bukan 30.000, bahkan tidak sampai 20.000 orang. Jauh lebih sedikit dari itu,” kata Netanyahu dalam sebuah audio yang disebarkan oleh surat kabar Bild, yang seperti halnya Politico, dimiliki oleh penerbit Axel Springer dari Jerman.

“Bagaimana saya tahu itu? Karena pasukan kami telah menewaskan setidaknya 13.000 pejuang teroris," ujarnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut bagaimana angka tersebut diperoleh.

Hamas dianggap sebagai kelompok teroris oleh sebagian besar negara Barat. Kelompok itu belum menyatakan berapa banyak militannya yang tewas dalam pertempuran.

Netanyahu menambahkan bahwa warga Israel “mengatakan bahwa setelah kita menghancurkan Hamas, hal terakhir yang harus kita lakukan adalah masuk ke Gaza, mengontrol Gaza (dan) Otoritas Palestina yang mendidik anak-anaknya terorisme dan mendanai terorisme."

Netanyahu menuai kecaman dunia dan menentang Amerika Serikat, yang telah memberikan bantuan militer miliaran dolar kepada Israel, dengan menolak seruan untuk mendirikan negara Palestina.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, telah membahas mengenai rencana reformasi Otoritas Palestina agar dapat “menyatukan kembali" Tepi Barat dan Gaza di bawah kepemimpinan Otoritas Palestina, yang memiliki kewenangan administratif sebagian di daerah pendudukan Tepi Barat.

Namun, Netanyahu mengklaim bahwa warga Israel “juga mendukung sikap saya bahwa kita harus menolak tegas upaya untuk memaksa kita menerima (gagasan pembentukan) negara Palestina.”sinpo

Komentar: