PBB Prihatin Ketegangan di Sudan Meningkat

Laporan: Galuh Ratnatika
Minggu, 28 April 2024 | 08:53 WIB
Pengungsi Sudan yang melarikan diri dari kekerasan di wilayah Darfur. (SinPo.id/Reuters)
Pengungsi Sudan yang melarikan diri dari kekerasan di wilayah Darfur. (SinPo.id/Reuters)

SinPo.id - PBB mengaku prihatin atas peningkatan ketegangan di Sudan yang menyebabkan sejumlah daerah dilanda kelaparan. Seperti pengepungan yang dilakukan pasukan paramiliter Sudan (RSF) di al Fashir, ibu kota Darfur Utara di Sudan, yang menyebabkan para penduduknya di ambang kelaparan.

"Serangan terhadap kota tersebut akan menimbulkan konsekuensi yang dapat menghancurkan penduduk sipil," kata Juru bicara kantor Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Sky News, Minggu 28 April 2024.

Saat ini al Fashir dan 800 ribu penduduknya menghadapi nasib yang tidak pasti karena gagalnya gencatan senjata lokal yang sempat dinegosiasikan. Namun Guterres terus menyerukan agar serangan di wilayah tersebut dapat dihentikan.

Pasalnya, RSF telah memblokir jalur arteri utama yang membawa barang dan bahan bakar ke al Fashir, sehingga obat-obatan, bantuan kemanusiaan dan persediaan makanan semakin berkurang karena meningkatnya serangan udara militer yang menghantam rumah-rumah warga sipil di daerah sekitarnya.

"Setidaknya 43 orang, termasuk wanita dan anak-anak, dilaporkan tewas sejak RSF mulai menyerang al Fashir awal bulan ini, dan warga sipil terjebak di kota tersebut," ungkapnya.

Seperti diketahui, pertempuran yang terjadi antara pasukan militer Sudan (SAF) yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Burhan, dengan pasukan RSF yang dipimpin oleh Mohammed Hamdan Dagalo, telah dimulai sejak pertengahan April 2023. Pertempuran tersebut pertama kali lecah di ibu kota Khartoum.

Kemudian menyebar ke wilayah lain di Sudan, terutama wilayah perkotaan dan wilayah Darfur bagian barat. Akibatnya, sekitar 25 juta orang, atau setengah populasi negara tersebut, membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan lebih dari delapan juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. 

Selain itu, jumlah korban meningkat sejak pasukan RSF melakukan pembataian tahun lalu di al Geneina, ibu kota Darfur Barat, dan pengepungan Wad Madani, ibu kota negara bagian al Jazira, hingga menyebabkan lebih dari 14 ribu orang di Sudan tewas dan puluhan ribu lainnya terluka.sinpo

Komentar: