Perselisihan di Laut China Selatan Meningkat, Filipina Serukan Pengusiran Diplomat China

Oleh: VOA Indonesia
Jumat, 10 Mei 2024 | 22:46 WIB
kapal Garda Pantai China menghentikan kapal Garda Pantai Filipina di laut china selatan (SinPo.id/Reuters)
kapal Garda Pantai China menghentikan kapal Garda Pantai Filipina di laut china selatan (SinPo.id/Reuters)

SinPo.id - Penasihat keamanan nasional Filipina menyerukan agar para diplomat China diusir terkait dugaan kebocoran percakapan telepon dengan seorang laksamana Filipina mengenai perselisihan yang kian sengit di Laut China Selatan.

Kedutaan Besar China di Manila telah mengatur “tindakan berulang kali yang melibatkan dan menyebarluaskan informasi bohong, keliru, dan menyesatkan” dengan tujuan menebar perselisihan, pertentangan dan perpecahan, kata Penasihat Keamanam Nasional Filipina, Eduardo Ano dalam sebuah pernyataan.

Tindakan semacam itu “tidak boleh dibiarkan tanpa sanksi serius,” ujarnya pada Jumat, 10 Mei 2024.

Kedutaan China di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai seruan untuk mengusir para diplomat. Kantor Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dan kementerian luar negeri juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Kedua negara ini telah terlibat dalam serangkaian perselisihan panas selama setahun ini di daerah-daerah yang disengketakan di Laut China Selatan, sewaktu Filipina, yang mendapat dukungan dari AS dan sekutu-sekutu lain, meningkatkan aktivitasnya di perairan yang diduduki oleh penjaga pantai China.

China menuduh Filipina melakukan pelanggaran wilayah dan pengkhianatan, sedangkan Manila marah terhadap Beijing atas apa yang disebutnya kebijakan agresi dan manuver berbahaya di dalam zona ekonomi eksklusifnya.

Pengusiran diplomat dapat meningkatkan pertikaian yang sejauh ini diwarnai perdebatan sengit, protes diplomatik, serta penabrakan dan serangan meriam air terhadap kapal-kapal Filipina di dua beting yang disengketakan. Jarak terdekat kawasan perairan dangkal tersebut dengan daratan China tercatat lebih dari 850 kilometer.

Ano mengacu pada berita pekan ini mengenai dugaan kebocoran percakapan telepon antara seorang diplomat China dan seorang Laksamana Filipina yang sedang membahas sengketa Laut China Selatan, yang juga memuat salinan percakapan yang menunjukkan bahwa laksamana tersebut setuju untuk membuat konsesi dengan China.

Menurut salinan yang diterbitkan harian Manila Times, laksamana itu menyetujui proposal China mengenai sebuah “model baru,” di mana Filipina akan menggunakan lebih sedikit kapal dalam misi pengiriman logistik untuk pasukan yang ditempatkan di Second Thomas Shoal yang disengketakan, dan terlebih dulu memberitahu Beijing mengenai misinya.

Reuters belum mendengar percakapan telepon yang dilaporkan itu dan tidak dapat memverifikasi isi salinan yang diterbitkan. Laporan media menyebutkan bahwa percakapan itu terjadi pada bulan Januari dan salinan percakapan itu diberikan oleh seorang “pejabat tinggi China” yang tidak disebut namanya.sinpo

Komentar: