Pertambahan Kasus Monkeyfox di Indonesia Akibat Seks Berisiko

Laporan: Tri Setyo Nugroho
Senin, 23 Oktober 2023 | 20:58 WIB
Ilustrasi cacar monyet (SinPo.id/ Pixabay)
Ilustrasi cacar monyet (SinPo.id/ Pixabay)

SinPo.id - Kasus cacar monyet atau Monkeypox di Indonesia bertambah. Berdasarkan data harian yang diterima per tanggal 22 Oktober 2023, kasus konfirmasi dilaporkan bertambah menjadi tujuh kasus sejak pertama kali dilaporkan pada 13 Oktober 2023, atau delapan kasus sejak pertama kali terkonfirmasi di pertengahan 2022.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium,  hingga kini kita dapatkan tujuh kasus konfirmasi Monkeypox di Indonesia di tahun ini. Seluruh kasus konfirmasi ditemukan di wilayah DKI Jakarta,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 23 Oktober 2023. 

Dari data yang ada, seluruh pasien terkonfirmasi Monkeypox adalah laki-laki usia produktif. Mayoritas atau sekitar 71 persen laki-laki berusia 25-29 tahun, sementara 29 persen diantaranya laki-laki berusia 30-39 tahun. Dari hasil penelusuran diketahui enam pasien Monkeypox juga merupakan Orang Dengan HIV (ODHIV), dan memiliki orientasi Biseksual.

Maxi mengungkapkan saat ini seluruh pasien sedang menjalani perawatan intensif di ruang isolasi di sejumlah rumah sakit di Jakarta. Perawatan akan dilakukan hingga luka mengering dengan sempurna.

“Untuk kondisinya, semua baik dan stabil. Kita pantau secara ketat dan terus menerus. Saat ini kita juga sedang memonitor pihak-pihak yang melakukan kontak erat dengan pasien,” terang Maxi.

Maxi juga membeberkan, pasien Monkeypox memiliki faktor perilaku seks beresiko dengan munculnya lesi dan ruam kemerahan, dan diikuti dengan demam, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri tenggorokan, myalgia, ruam, dan sulit menelan. 

Penularan terjadi dari manusia ke manusia karena kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi.

Maxi mengatakan dari total kasus Monkeypox yang terkonfirmasi berasal dari Jakarta. Rinciannya satu kasus dari Jatinegara, Mampang satu kasus, Kebayoran Lama satu kasus, Setiabudi dua kasus, Grogol Petamburan satu kasus, dan Kembangan satu kasus.

Kementerian Kesehatan bergegas melakukan upaya penanggulangan. Setidaknya ada 3 upaya yang dilakukan di antaranya upaya surveilans, terapeutik dan vaksinasi. 

Upaya surveilans dilakukan dengan penyelidikan epidemiologi dan penyiapan laboratorium pemeriksa. Terapeutik dengan memberikan terapi simtomatis, pemenuhan logistik antivirus khusus Mpox serta pemantauan kondisi pasien. 

Selanjutnya, Kementerian Kesehatan juga akan melakukan vaksinasi Monkeypox terutama pada populasi yang paling beresiko.  Kriteria penerima vaksin Monkeypox adalah laki-laki yang dalam 2 minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan sesama jenis dengan atau tanpa status ODHIV.

Vaksinasi Monkeypox rencananya akan dilaksanakan mulai tanggal 24 Oktober 2023 dengan jumlah sasaran sekitar 447 orang. Vaksinasi akan diselenggarakan di Fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta yakni klinik Carlo serta Puskesmas yang berada di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Barat. 

Vaksin ini diberikan dalam 2 dosis dengan interval 4 minggu. Adapun jenis vaksin Monkeypox yang akan digunakan adalah vaksin impor yang diproduksi oleh Bavarian Nordic, Denmark dengan merk dagang JYNNEOS®️ kemasan single-dose. Vaksin tersebut telah memiliki Sertifikat Pelulusan Vaksin (Certificate of Release) dari Badan POM terbit 17 Maret 2023. 

“Stok vaksin Monkeypox kita aman. Saat ini, sebanyak 991 vial vaksin Monkeypox sudah didistribusikan ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk memenuhi kebutuhan program vaksinasi Monkeypox yang akan mulai diberikan Oktober ini,” jelas Maxisinpo

Komentar: