TKN: Pemakzulan Wujud Frustasi dari Pendukung Capres yang Sadar Bakal Kalah

Laporan: Juven Martua Sitompul
Jumat, 12 Januari 2024 | 19:10 WIB
Jubir TKN Prabowo-Gibran, Hasan Nasbi (SinPo.id/ Podcast Politik)
Jubir TKN Prabowo-Gibran, Hasan Nasbi (SinPo.id/ Podcast Politik)

SinPo.id - Juru bicara (jubir) Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Hasan Nasbi, tak ambil pusing soal munculnya gerakan pemakzulan Presiden Joko Widodo (Jokowi). 'Riak' pemakzulan itu disebut muncul dari rasa frustasi pihak yang menyadari bakal kalah dalam Pilpres 2024 namun tidak mampu berpikir jernih.

"Gerakan pemakzulan ini sebenarnya sepaket dengan Gerakan dalam rangka mendelegitimasi Pemilu 2024. Ini sebenarnya sederhana saja. Orang-orang yang sudah frustasi, di ambang kekalahan, sudah buntu, dan sudah enggak tahu lagi mau ngapain, biasanya sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang ekstrem," kata Hasan dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat, 12 Januari 2024.

Menurutnya, gerakan pemakzulan Jokowi ini mengonfirmasi bahwa pihak yang akan kalah menyadari peluang mereka sangat kecil untuk memenangkan Pemilu 2024.

"Meskipun mereka tiap sebentar menyatakan enggak percaya sama hasil survei yang saat ini beredar, tapi jauh di dalam lubuk hati mereka tahu persis keadaan yang sebenarnya tidak berbeda jauh dari hasil-hasil survei itu. Artinya peluang menang mereka, mau itu satu atau dua putaran, sangat kecil," ucap Hasan.

Founder Cyrus Network itu mengaku tidak kaget dengan adanya gerakan tersebut. Dia sudah memprediksi munculnya gerakan tersebut di akhir Desember 2023.

"Tanggal 29 Desember lalu saya sudah katakan di channel YouTube saya bahwa Januari ini akan ada orang-orang yang seolah-olah independen, menyuarakan dua hal ini (pemakzulan dan delegitimasi Pemilu). Mereka seolah-olah non partisan tapi aslinya bagian dari pemenangan atau pendukung garis keras capres tertentu," tutur Hasan.

Hasan menilai prediksinya tersebut hari ini sudah terbukti di mana beberapa hari lalu ada orang-orang yang merasa tokoh mendatangi Mahfud Md dan bicara soal pemakzulan.

"Dari nama-nama yang ditampilkan oleh media, kita tahu sebagian besar mereka adalah pendukung capres tertentu, sebut saja capres sebelah kiri," kata Hasan.

"Lalu hari ini ada dosen, pegawai negeri, profesor yang juga sekaligus konsultan politik pendukung capres tertentu, sebut saja capres sebelah kanan, juga bicara soal pemakzulan. Katanya pemilu ini lebih berintegritas kalau enggak ada Pak Jokowi," timpal Hasan.

Hasan menyatakan tidak menutup kemungkinan akan ada lagi orang-orang yang akan muncul untuk menyuarakan hal yang sama. Apalagi, kalau ide pemakzulan ini muncul dari pemilik polster dan konsultan politik.

"Saya curiga angka Prabowo-Gibran yang dia temukan sudah menembus 50 persen. Jadi sudah terlanjur basah, ya sudah mandi sekali," katanya.

Hasan menyarankan para pihak yang disebutnya sudah merasa frustasi itu untuk membaca dan mempelajari sosok Vasili Arkhipov, officer kedua kapal selam Rusia yang pernah menyelamatkan dunia pada tahun 1962.

"Arkhipov, seorang officer kedua dalam kapal selam Rusia dibawah Kapten Valentin Savitsky, menggunakan veto-nya untuk tidak meluncurkan rudal nuklir dari kapal selam Rusia yang diganggu terus menerus oleh kapal perusak Amerika. SOP saat itu, tombol nuklir hanya bisa dipencet kalau disetujui oleh tiga orang pimpinan tertinggi di kapal tersebut, termasuk Arkhipov," cerita Hasan.

Menurut Hasan, Arkhipov tetap mampu berpikir waras dan jernih meski berada di kedalaman laut. Sekalipun nyaris kehabisan oksigen dan tidak punya informasi apapun soal apa yang terjadi di atas laut.

"Arkhipov mampu berpikir jernih dan menolak menyetujui meluncurkan rudal nuklir. Jadi meski saat pulang ke Rusia mereka di-bully oleh tentara lain karena dianggap pengecut dan takut mati di kedalaman laut, namun berkat vetonya dunia selamat dari perang dunia ketiga sekaligus perang nuklir," kata Hasan.

Hasan kemudian menyayangkan jika dalam Pemilu 2024 ini, pihak-pihak yang seharusnya berpikir seperti Arkhipov justru ikut memanas-manasi suasana bahkan mengusulkan pemakzulan.

"Jadi dalam perang sekalipun perlu ada orang yang berpikiran waras dan jernih. Ironisnya, untuk sekadar Pemilu saja, orang yang diharapkan tetap waras, yang harus berpikiran jernih, justru jauh dari itu semua. Kalau rasa-rasanya mau kalah pemilu, malah mengusulkan bumi hangus sekalian. Sangat disayangkan," tegasnya.sinpo

Komentar: