Pakar: Hujan Awet di Jabodetabek Disebabkan Bibit Siklon Tropis Bergerak Lambat

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 14 Maret 2024 | 14:45 WIB
Ilustrasi hujan (SinPo.id/Pixabay)
Ilustrasi hujan (SinPo.id/Pixabay)

SinPo.id - Pakar klimatologi dan perubahan iklim pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin mengatakan, hujan dinihari meluas mulai terbentuk di kawasan Jabodetabek. Hujan dini hari ini berhubungan dengan propagasi hujan yang kuat.

"Kondisi ini diinisiasi sejak 11 Maret dari proses pergerakan vorteks dari Samudera Hindia menuju Jabodetabek," kata Erma lewat kicauan platform X @EYulihastin pada Kamis, 1 Maret 2024.

Erma menjelaskan, penyebab hujan yang mengguyur lama, dipicu vorteks (091S) yang berubah jadi bibit siklon 18S. Dan ini cenderung bergerak lambat karena tekanan rendah di timur yang kini telah menjadi dua vorteks. Bibit siklon tropis itu bergerak lambat dan tidak segera menjauh menuju Australia.

"Inilah yang telah memicu propagasi hujan yang kuat dan maraknya pembentukan badai squall line pemicu hujan persisten berhari-hari, bahkan intensitas hujan bisa ekstrem yang disertai angin kencang," tuturnya.

Erma menyatakan, dampak pergerakan bibit siklon 18S dari barat ke timur (selatan Jawa Timur) menyebabkan hujan deras persisten di Jawa (Demak, Kudus, Pati, Semarang), Madura, dan Kupang. Hujan yang persisten dipicu oleh squall line efek dari vorteks.

Dia mengingatkan agar wilayah Semarang dan Kupang waspada mengantisipasi dampak fenomena tersebut.

Lebih lanjut, Erma menerangkan, adapun kemunculan bibit siklon 91S yang berada di Samudra Hindia bagian tenggara, tepatnya sebelah barat daya Banten, telah menimbulkan hujan di Banten dan Jabodetabek.

Bibit siklon 91S yang kian mendekat ke Jabodetabek merupakan momen langka. Fenomena itu mengulang penyebab banjir besar Jakarta 2002, karena vorteks telah menyebabkan hujan dini hari yang persisten selama berhari-hari di Jakarta.

"Selain di Banten dan Jabodetabek, hujan masih terjadi di pesisir utara Jawa Tengah dan hujan deras dini hari terbentuk di Demak, Kudus, dan sekitarnya. Hujan juga terpantau di Madura," tutur Erma.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa ada tiga bibit siklon tropis di wilayah Indonesia.

Bibit siklon tropis 91S yang berada di sebelah tenggara Samudera Hindia memiliki kecepatan angin maksimum 25-35 knots dan tekanan udara minimum 997 hPa bergerak ke arah tenggara menjauhi wilayah Indonesia.

Kemudian, bibit Siklon Tropis 94S terpantau di Laut Timor bagian selatan, tenggara Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1000 hPa bergerak ke arah timur.

Adapun bibit Siklon Tropis 93P masih terpantau di Teluk Carpentaria, bagian timur laut Australia, Tenggara Papua dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1004 hPa bergerak ke arah timur hingga tenggara.

Kemunculan tiga bibit siklon tropis sekaligus itulah yang menyebabkan cuaca basah masih menyelimuti Indonesia.sinpo

Komentar: