DEPOK.

Laporan: Sinpo
Senin, 12 Desember 2022 | 12:13 WIB
Koran Sin Po 12 Desember 1931
Koran Sin Po 12 Desember 1931

SinPo.id -  Koran sin po 12 December 1931 menulis tentang Depok sebagai kawasan larangan tinggal komunitas Tionghoa. Tulisan itu sebagai protes kebijakan pemerintah kolonial Belanda kala itu. Dalam laporannya, koran Sin Po menyebut Pemerintah kolonial telah menempatkan kawasan Depok  sebagai tempat budak yang bisa dijualbelikan

“Ia tetapken jang Depok selama-selamanja moesti ada dalem tangannja itoe boedak-boc'dak atawa toeroenannja dan & lama – lamanja tida boleh didjoeal atawa digade pada orang loear,” Tulis laporan itu.

***

SEPERTI orang taoe di Depok orang Tionghoa dilarang tinggal dan menginep disana poen katanja dilarang. Ini dessa ketjil antara Batavia dan Bogor doeloe ada miliknja lid dari Raad van Indie Cornelis Castelein (1657—1714) jang ia beli boeat 700 ringgit dan blakangan kasi itoe milik pada iapoenja boedak - boedak jang ia bikin merdika (bangsa Bali, Timor, Celebes, enz).

Ia tetapken jang Depok selama-selamanja moesti ada dalem tangannja itoe boedak-boc'dak atawa toeroenannja dan & lama – lamanja tida boleh didjoeal atawa digade pada orang loear.

Marika djadi eigenaren berame dari itoe tanah „zonder dat zy te samen ofte iemand van haar in,t bizender het gem. land of ruime landschap op eenigerhande wyze zullen mogen verkoopen, vervreemden, verpanden ofte haar recht dienaangaande aan een ander buiten haar cedeeren”.

Ini panetapan „boeat selamalamanja” bisa djadi satoe soeal jang menarik hati di blakang kali. Sebab oepama pamerentah perloe pake itoe tanah, apa itoe panetapan aken dipandang djoega dan aken bisa tjega pamerentah onteigen itoe tanah? Boenjinja testament memang sabisanja dan biasanja dipandang dan ditoeroet, tapi apa panetapan testament jang soeda terlalos kolot dan tida tjotjok boeat keadahan djeman tida haroes didjadiken katjoeali?

Selaen ini panetapan di atas, djoega ada atoeran jang larang orang, djoeal madat di Depok dan djoega ada larangan orang berdjoedi di sana. Ini atoeran ada baek dan boleh dipandjangin „selama-lamanja”. Tapi tida begitoe dengen itoe satoe atoeran lagi jang larang orang Tionghoa tinggal di sana abawa poen menginep di itoe sorga.

Apa satoe atoeran jang ditoedjoeken dengen. begitoe njata terhadep pada satoe golongan pendoedoek jang penting di sini haroes diantepken sadja? Apa ini tida bisa terbitken perasahan tida senang pada bangsa Tionghoa jang seperti djoega dipandang lebih berbahaja dari pest dan cholera? Semoea bangsa boleh dateng dan tinggal di sitoe sasoekanja, tjoema bangsa Tionghoa tida.

Kaloe ini atoeran. diantepin sadja, seperti djoega orang akoeh diam-diam bahoea memang betoel orang Tionghoa ada djahat, hina dan haroes ditoelak ! Betoel orang Tionghoa tida aken roegi oewang apa-apa jang iaorang tida dikasi tinggal di itoe tengkoehok, tapi tida semoea soeal bisa dipandang sebagi soeal roegi oentoeng doeit meloeloe.

 sinpo

Komentar: