Dukung Jokowi Jaga Kedaulatan Energi, DPR Ajak Negara ASEAN Bersatu

Laporan: Juven Martua Sitompul
Rabu, 21 Desember 2022 | 15:30 WIB
Anggota Komisi I DPR RI Dave Laksono/ Dok. Golkar
Anggota Komisi I DPR RI Dave Laksono/ Dok. Golkar

SinPo.id - Anggota Komisi I DPR RI Dave Laksono menegaskan Uni Eropa tidak punya hak untuk mendikte negara manapun di ASEAN termasuk Indonesia. Indonesia punya kedaulatan penuh.

“Pertama begini tidak ada satu negara manapun yang boleh ataupun yang bisa mendikte negara lain yang berkedaulatan penuh, apalagi negara-negara ASEAN,” kata Dave saat dihubungi, Rabu, 21 Desember 2022.

Ini disampaikan Dave menanggapi sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menegaskan posisi Indonesia dalam ekspor komoditas sumber daya alam (SDA). Indonesia tak akan bisa dipaksa untuk mengekspor sumber daya mentah yang dapat diolah di dalam negeri.

Ketegasan Presiden agar tidak didikte oleh Uni Eropa ditunjukkan lewat banding Indonesia ke WTO. Indonesia mengajukan banding atas putusan larangan ekspor bijih nikel. 

Menurut Dave, negara-negara keanggotaan ASEAN memiliki solidarity yang sangat kuat dan mengakar hingga ke masyarakat. Bahkan, negara-negara ASEAN harus saling menguatkan satu dengan lain disaat Uni Eropa mencoba untuk mendikte dengan kekuatan mereka. 

“ASEAN itu kan ada kayak solidarity-nya, persatuan, kebersamaan negara-negara yang berdasarkan background sama walaupun bahasanya beda, tetapi kan secara rumpun persaudaraan kita itu serupa. Dan ASEAN ini kan fungsinya untuk saling menguatkan bukan untuk saling menekan ataupun juga mengancam,” ujarnya.

Dengan persatuan yang kuat itu, politisi Partai Golkar ini menyarankan agar negara-negara ASEAN bersatu untuk melawan sikap Uni Eropa yang sesuka hati mendikte siapa pun. Apalagi, dipaksa oleh Uni Eropa untuk mengikuti kemauan mereka.

“Nah di saat kita merasa di tekan oleh negara asing, ya kita harus bersatu melawan, bahwa kita harus berpikir tentang kepentingan kita. Jangan mau kita didikte oleh negara asing, disuruh mengikuti aturan mereka dengan alasan kalau mereka selalu mengatasnamakan polusi, terus juga perlindungan akan flora dan fauna,” tegas Dave.

Dave menyatakan setiap negara memiliki hak dan kewajiban mengelola sumber daya alam mereka sendiri untuk kesejahteraan rakyatnya. “Yang harus kita tolak dan kita menentukan sikap kita sendiri. Itu kan untuk kepentingan kesejahteraan dan kemajuan bangsa kita,” ucapnya.

Anak buah Airlangga Hartato itu juga mendukung penuh keputusan Jokowi agar tidak mengikuti kemauan Uni Eropa terkait dengan ekspor bahan mentah nikel. Menurut dia, keputusan Jokowi sudah tepat demi kesejahteraan masyarakat dan membuka lapangan kerja di Indonesia.

"Kita juga jangan mau ikutin mau asing dong, kalau asing kan tentu nggak mau kita eksport barang itu setelah diproses. Mereka kan maunya sementah-mentah mungkin, kita harus berpikir bahwa bagaimana ada value add-nya untuk negara kita, jadi harus diproses dulu agar tidak hanya merusak alam kita tetapi dampak ekonominya ke kita,” jelasnya.

Dave meyakini betul Jokowi mampu membawa ASEAN menjadi kuat serta menjadi player utama. Dia menegaskan Indonesia secara ekonomi dan juga secara jumlah penduduk itu terbesar di ASEAN.

"Nah tetapi kita ini adalah saling mendukung dan juga kita harus memiliki market yang besar secara ASEAN, secara keseluruhan kita memiliki sumber daya alam yang besar,” ungkapnya.

“Jadi kita itu mampu maju sendiri dan kita juga memiliki kapasitas teknologi yang cukup dan juga kita terus selalu membuka kerjasama dengan negara-negara manapun. Jadi jangan kita ini ditahan kemajuan kita hanya untuk kepentingan sesaat oleh sekelompok orang atau negara-negara tertentu,” timpal dia.

Atas dasar itu, Dave yakin pemimpin-pemimpin negara ASEAN akan dan harus mendukung sikap tegas Presiden Jokowi terkait dengan sikap Uni Eropa yang selalu mendikte negara-negara ASEAN. 

"Iya pastinya, karena kalau kita secara ASEAN ini ingin maju, kita harus solid jadi bukannya kita saling curiga atau saling menahan kemajuan, justru kita harus saling merapatkan kekuatan bersama,” tegas dia.

 sinpo

Komentar: