Ulama: Prabowo Layak Mendapat Gelar Sahabat Santri

Laporan: Juven Martua Sitompul
Rabu, 03 Januari 2024 | 20:55 WIB
Potret kebersamaan Prabowo-Gibran (Sinpo.id/Ashar)
Potret kebersamaan Prabowo-Gibran (Sinpo.id/Ashar)

SinPo.id -  Ulama sekaligus petinggi Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri Agus Iffatul Latoif (Gus Toif) menilai calon presiden (capres) Prabowo Subianto layak mendapat gelar Sahabat Santri. Prabowo dinilai memiliki kedekatan dengan para ulama.

"Itu adalah ungkapan rasa terima kasih dan harapan karena Bapak Prabowo telah menaruh kebijakan untuk komunitas pesantren dengan adanya dana abadi pesantren dan program lain yang berpihak pada pesantren," ujar Agus Iffatul Latoif dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Rabu, 3 Januari 2024.

Gus Toif menyebut Prabowo selalu melibatkan para ulama dalam berdiskusi dan berdialog. Hal tersebut membuat hubungan antara TNI dan komunitas pesantren serta ulama makin menguat.

Tidak hanya itu, kata dia, Prabowo beberapa kali berkunjung ke pondok pesantren di Pulau Jawa. Kunjungan inilah yang dapat membuat hubungan antara ulama dan Menteri Pertahanan RI itu makin menguat.

"Pak Prabowo Subianto itu sangat dekat loh dengan kiai sejak lama, bahkan beliau ini sangat dekat dengan almarhum K.H. Munif Djazuli yang merupakan salah satu Pengasuh Pondok Al Falah Ploso," kata dia.

Dengan menguatnya hubungan tersebut, menurut dia, santri dan ulama makin yakin menaruh harapan akan kemajuan pesantren Indonesia di pundak Prabowo.

Sebelumnya, Prabowo sempat membagikan kisah soal kedekatannya dengan para ulama dan kiai sejak masih menjadi prajurit TNI Angkatan Darat.

Ini disampaikannya saat melakukan kunjungan di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo, Jawa Timur, Selasa, 2 Januari 2024.

"Saya dari dahulu sangat dekat dengan para kiai dan ulama," kata Prabowo.

Prabowo menyatakan awal kedekatannya dengan para kiai dan ulama ketika menjadi prajurit TNI. Kemudian, diminta menandatangani pernyataan 'siap mati' demi membela masyarakat dan keutuhan Tanah Air. Padahal, saat itu usianya belum menginjak 20 tahun.

"Artinya harus siap mati, bayangkan umur 18 tahun sudah disuruh teken tanda tangan siap mati untuk membela rakyat, membela negara dan bangsa yang kita cintai, dan menjaga segala kekayaan milik rakyat Indonesia," ucapnya.

Ia lantas sering meminta izin ke atasannya untuk mencari restu dan meminta doa dari para kiai dan ulama.

"Saya sering minta izin kepada Komandan untuk bertemu kiai, minta doa," ucapnya.

Sebagai seorang prajurit militer, kata dia, sudah sepatutnya tidak boleh jauh maupun menutup diri menjalin hubungan dekat dengan kiai dan ulama.

"Selama TNI dan Polri dekat ulama, kiai, dan pesantren, insyaallah, negara akan kuat," katanya.
sinpo

Komentar: