Ilmuwan AS: China Layak Dapat Pengakuan Atas Upayanya Atasi Kriris Iklim

Laporan: Samsudin
Sabtu, 13 November 2021 | 09:29 WIB
China layak dapat pengakuan atas upaya memerangi krisis iklim/Net
China layak dapat pengakuan atas upaya memerangi krisis iklim/Net

SinPo.id - Seorang profesor kebijakan publik dan lingkungan di Universitas Carolina Utara (University of North Carolina), Angel Hsu mengatakan bahwa China layak mendapatkan pengakuan dunia atas upanya mengatasi krisis iklim.

Pernyataan itu disampaikan Angel Hsu seperti dilaporkan The New York Times, dalam sebuah artikel berjudul "Don't Be So Quick to Doubt China's Climate Change Dedication" yang diterbitkan pada Minggu (7/11).

Berdasarkan studinya tentang kebijakan lingkungan dan iklim China selama hampir dua dekade, dia mengatakan Beijing telah memenuhi atau hampir memenuhi setiap target energi dan lingkungan utama yang telah ditetapkan.

"China masih terus berkembang," katanya, mengutip data yang menunjukkan China berada di jalur tepat untuk melampaui tujuan pengurangan intensitas karbon 2030.

"China telah meratifikasi dan mengadopsi komitmen internasionalnya menjadi undang-undang," imbuhnya.

Pernah menjadi kritikus terhadap upaya iklim Tiongkok, sang ilmuwan mengatakan bahwa meskipun setiap negara harus bertanggung jawab untuk mengatasi krisis iklim, "kita harus memiliki pendekatan yang lebih dipertimbangkan ketika menilai tindakan Tiongkok sebelum mengeluh."

Peningkatan produksi batu bara di Tiongkok belakangan ini sebenarnya menunjukkan upaya kepemimpinan Tiongkok untuk "memfasilitasi transisi energi yang aman dan adil," katanya, menggambarkan arahan baru-baru ini, jika dibaca dengan seksama, sebagai bukti komitmen Tiongkok untuk mengurangi perubahan iklim.

"Bahwa kepemimpinan Tiongkok jujur tentang kekurangan energi dan respons kebijakan merupakan tanda penting transparansi dan kemajuan," katanya.

Meskipun sulit bagi Tiongkok mewujudkan janjinya untuk mencapai puncak emisi sebelum 2030 dan mencapai netralitas karbon sebelum 2060, tetapi "menantang" berbeda dengan "mustahil," katanya.

Memperhatikan bahwa Tiongkok telah mengurangi pemakaian batu bara dari lebih dari 70 persen dari total konsumsi energinya pada 2009 menjadi sekitar 57 persen pada 2020, sang ilmuwan berkata, "Sangat penting untuk memberikan waktu kepada kapal itu untuk berbelok."sinpo

Komentar: