Kwa Tjoan Sioe, Perintis Rumah Sakit Husada

Oleh: Ulil Albab Assyidiq
Sabtu, 12 November 2022 | 10:31 WIB
Dokter Kwa Tjoan Sioe, Koran  Sin Po, 4 Mei 1929 (SinPo.id/Monash University)
Dokter Kwa Tjoan Sioe, Koran Sin Po, 4 Mei 1929 (SinPo.id/Monash University)

Kwa menemukan racun timah di bedak penyebab utama anak-anak di Batavia kejang-kejang. Selain itu, ia dikenal dengan metode pengobatan pasien dengan menghisap candu. Kwa dikenal sebagai pekerja keras untuk melayani kesehatan masyarakat miskin. 

SinPo.id - Pendirian Rumah Sakit Husada yang sebelumnya bernama Rumah Sakit Jang Seng Ie tak lepas dari peran Tionghoa yakni Kwa Tjoan Sioe. Kwa Tjoan Sioe lahir pada 7 Januari 1893 di Salatiga, Jawa Tengah. Ketertarikannya pada bidang kesehatan membuatnya pada 1913 menempuh studi di di Fakultas Kedokteran Universiteit van Amsterdam.

Ia baru berhasil meraih gelar dokternya tujuh tahun kemudian. Masih merasa haus terhadap ilmu kesehatan, dokter Kwa bahkan mengambil spesialis penyakit tropis di Tropen Institute of Tropical Hygene di Amsterdam.

“Pada 1921 ia kembali ke Indonesia, bekerja di Central Burgelijke Ziekenhuis (RSUP) Jakarta selama empat bulan dan kemudian di Institut Pasteur,” tulis Sam Setyautama dalam Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia

Setelah merasa pengalaman praktiknya cukup, dokter Kwa pada 1922 membuka praktek swasta di gang Chaulan, Batavia. Tujuannya untuk menolong orang-orang miskin, ibu hamil dan anak-anak.

Tak cukup sampai disitu, pada 24 Desember 1924 dokter Kwa bekerjasama dengan beberapa tokoh Tionghoa lainnya seperti Liem Tiang Djoe, Tan Boen Sing, Injo Gan Kiong, Ang Jan Goan, Lie Him Liam, Tan Eng Anm dan dokter Tie Tjwan Ing, mendirikan poliklinik Jan Seng le.

Setahun kemudian tepatnya pada 11 Maret 1925, perhimpunan dana Jan Seng Le mengubah poliklinik tersebut menjadi rumah sakit. Kemudian dokter Kwa mulai membuka poliklinik anak.

“Sejak itulah ia mulai mendapat dukungan dari para dermawan. Pada 1931 misalnya Auw Boen Hauw dari Singapura, pada 1937 Liem Gwan Kwie dari Tegal, kemudian Thung & Than Fonds,” tulis Sam Setyautama

Beberapa di antaranya kiprah dokter Kwa dalam bidang kesehatan yakni menemukan racun timah di bedak pupur yang menjadi penyebab utama anak-anak di Batavia terkena penyakit kejang-kejang. Selain itu, ia dikenal dengan metode pengobatan pasien dengan menghisap candu.

Banyak mengirim dokter ke luar Hindia

Memasuki Oktober 1931, RS Jan Seng Le mulai meraih tenar di masyarakat. Rumah Sakit tersebut didirikan di banyak tempat.  Tak hanya pada Indonesia, Kwa Tjoan Sioe tak lupa juga melupakan kesehatan yang ada di Tiongkok. Misalnya, pada 1931 ia mengutus dokter Sie Boen Lian dan dokter Tan Kim Hong ke Wu Han, Tiongkok yang dilanda banjir.

Pada saat perang Tiongkok melawan Jepang meletus, dokter Kwa juga mengirim dua dokter, obat-obatan dan empat mobil ambulan untuk membantu korban perang. Selanjutnya pada 1934 ia bersama dengan dokter Ong Hok Lam sempat menghadiri Far Eastern Congress of Tropical Medicine di Nanking, Tiongkok.

Selain aktif  pada bidang kesehatan, Kwa Tjoan Sioe juga terjun dalam bidang politik. Mulanya pada 1932, ia mengadakan pertemuan dengan para redaktur dan editor surat kabar Tionghoa dengan tujuan mendukung gerakan nasional Indonesia

Semasa Jepang menduduki Indonesia, kiprah dokter Kwa terhenti sementara. Ia diinternir Jepang bersama 500 orang Tionghoa lainnya. 

Tempat ditahannya dokter Kwa berpindah-pindah. Semula ia ditahan di Bukit Duri, Serang dan kemudian dipindahkan ke Cimahi, Jawa Barat.

"(Rumah Sakit) Jan Seng Le diganti namanya menjadi Gun Kei Kanbu Takuketsa," tulis Sam Setyautama. 

Status tahanan dokter Kwa baru dilepas pada 25 Agustus 1945, tepat delapan hari usai kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan. Di bulan September 1945 dokter Kwa bersama dengan Ang Jan Goan diundang oleh Presiden Soekarno yang saat itu telah dibentuk Kabinet Syahrir. 

Dari pertemuan tersebut dokter Kwa diputuskan masuk dalam daftar 18 orang Tionghoa yang diutus oleh pemerintah pusat ke Medan dengan tujuan untuk meredam gelombang anti Tionghoa yang sedang melanda di berbagai tempat. 

Sayang riwayat dokter Kwa terhenti ketika menghembuskan nafas terakhirnya pada 19 Maret 1948 di usianya yang menginjak 55 tahun. Semasa hidupnya dokter Kwa dikenal sebagai pekerja keras untuk melayani kesehatan masyarakat miskin. 

"Ia bekerja terlampau keras dan mengabaikan teguran. Akibatnya ia menjadi amat lelah sehingga terjatuh dan meninggal ketika ia memeriksa pasien, " tulis Sam Setyautama

Sebelum wafat, dokter Kwa telah berulang kali berpesan kepada isterinya bahwa Rumah Sakit Jan Seng Le bukanlah harta pribadinya. Ia berpesan meski suatu saat jika dalam kesusahan jangan mengambil keuntungan pribadi dari Rumah Sakit Jan Seng Le. 

"Kalian hanya wajib berusaha menyumbangkan tenaga Jan Seng Le terus berkembang," pesan dokter Kwa kepada isterinya, seperti dikutip Sama Setyautama

Seiring berjalannya waktu, pesan dokter Kwa terbukti dijalankan. Dilansir dari laman Rumah Sakit Husada, pada 1 Juni 1965, Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Kesehatan mengubah nama Rumah Sakit Jan Seng Ie menjadi Rumah Sakit Husada.

Lantas pada 25 Juni 1971 Guburnur DKI Jakarta, Ali Sadikin menetapkan Rumah Sakit Husada sebagai Rumah Sakit Umum Pusat bagian Utara. 

 sinpo

Komentar: