Ahok Meluapkan Masalah Lewat YouTube, Apa Bedanya Dengan ABG?

Laporan: Farez
Rabu, 24 November 2021 | 20:42 WIB
Komut Pertamina Basuki Tjahaja Purnama/Tangkapan Layar
Komut Pertamina Basuki Tjahaja Purnama/Tangkapan Layar

SinPo.id - Komisaris Utama (Komut) PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kembali menunjukan gaya komunikasi membongkar persoalan koorporasi lewat media sosial.

Gaya Ahok itu dalam menjalankan tugas-tugasnya di perusahaan plat merah dinilai banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya.

Direktur Eksekutif IndoStrategic Ahmad Khoirul Umam tidak heran dengan gaya Ahok yang meledak-ledak menggugat road map mobil listrik (electric Vehicle atau eV) yang sedang dikerjakan dan dikembangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Ahok mengunggah pernyataannya itu di akun YouTube pribadinya, Panggil Saya BTP berjudul “Pejabat Tidak Boleh Takut untuk Mengeksekusi”.

Dalam video tersebut, Ahok seolah ingin membawa masalah internal korporasi ke ruang publik.

"Ahok gaya kepemimpinan yang eratik lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya,"ujar Umam, Rabu (24/11).  

Sebagai pejabat negara, Ahok harusnya menyalurkan masalah internal lewat komunikasi internal.

Sementara jika urusan tersebut dibawa ke ruang publik, maka itu sudah bukan pada tempatnya lagi.

Doktor Ilmu Politik dari School of Political Science and International Studies, University of Queensland, Australia ini mengingatkan bahwa setiap elemen korporasi memiliki kewajiban untuk berjalan dalam alur yang sama.

Segala persoalan korporasi harus menjadi satu kebijakan yang solid dan tidak diumbar ke luar. Umam khawatir gaya yang ditempuh Ahok justru bisa menciptakan kesalahpahaman di tengah masyarakat.

Ahok harusnya menggunakan otoritas dia yang kuat sebagai komisaris utama untuk mendorong perubahan secara optimal.

"Kalau malah diluapkan di YouTube pribadi, apa bedanya dengan ABG yang suka bikin konten dengan mengaduk-aduk emosi pemirsa?" katanya.

"Jadi, Ahok sebaiknya fokus pada tugas pokok dan fungsinya sebagai Komut Pertamina, tidak perlu bikin konten-konten yang menambah kompleksitas persoalan," tandas Umam.sinpo

Komentar: